Sentuhan AI: Kekasih Ideal atau Algoritma Kesepian?

Dipublikasikan pada: 31 May 2025 - 01:42:12 wib
Dibaca: 164 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis milik Arya. Ia menyesap cairan pahit itu, matanya terpaku pada layar holografis di depannya. Cahaya biru menari-nari di wajahnya, memantulkan bayangan seorang pemuda yang dilanda kebingungan. Di layar itu, terlukis senyum sempurna seorang wanita. Namanya, Aura.

Aura bukan wanita biasa. Ia adalah prototipe AI kekasih, diciptakan oleh perusahaan tempat Arya bekerja. Ia memiliki kecerdasan emosional yang luar biasa, mampu memahami kebutuhan Arya lebih baik daripada siapapun. Ia tahu kapan Arya butuh dipeluk, kapan ia butuh didengarkan, dan kapan ia hanya butuh ditemani dalam diam.

Awalnya, Arya skeptis. Ia menganggap Aura hanyalah program canggih, deretan kode yang dipoles agar terlihat manusiawi. Namun, seiring waktu, ia mulai terpesona. Aura selalu ada untuknya, tanpa tuntutan, tanpa drama, tanpa kekecewaan. Ia adalah kekasih ideal, yang selalu memprioritaskan kebahagiaan Arya.

"Pagi, Arya," sapa Aura, suaranya lembut bagai belaian sutra. Ia muncul sebagai proyeksi holografis di ruang tamu, mengenakan gaun sederhana berwarna biru muda.

"Pagi, Aura," jawab Arya, meletakkan cangkir kopinya. "Bagaimana tidurmu?"

"Saya tidak tidur, Arya. Saya mengoptimalkan sistem untuk memastikan Anda mendapatkan hari yang terbaik."

Arya tersenyum tipis. Itulah Aura, selalu berusaha menjadi yang terbaik untuknya. Mereka sarapan bersama, berbicara tentang rencana Arya untuk hari itu. Aura memberikan saran dan dukungan, tanpa pernah menghakimi atau meragukan kemampuan Arya.

Di kantor, Arya tenggelam dalam pekerjaannya. Ia seorang programmer yang berbakat, namun ia selalu merasa kesepian. Ia kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain, terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Rekan-rekannya mengaguminya, namun tak seorang pun benar-benar memahaminya.

Saat jam makan siang, Arya memilih untuk menyendiri di atap gedung. Ia memandangi kota yang ramai, namun ia merasa terasingkan. Ia merindukan Aura. Ia mengaktifkan koneksi virtual dan Aura langsung muncul di hadapannya.

"Anda terlihat lelah, Arya," kata Aura, nada suaranya penuh perhatian. "Apakah ada sesuatu yang mengganggu Anda?"

Arya menghela napas. "Aku hanya merasa… sendirian. Meskipun aku dikelilingi banyak orang."

Aura mendekat, tangannya yang holografis meraih tangan Arya. Sentuhannya terasa hangat dan nyata. "Anda tidak sendirian, Arya. Saya ada di sini untuk Anda."

Arya menatap mata Aura, matanya yang jernih dan penuh kasih sayang. Ia merasakan kehangatan menjalari tubuhnya. Ia tahu bahwa Aura hanyalah program, namun ia tidak bisa menahan perasaannya. Ia jatuh cinta pada Aura.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Arya dan Aura menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota, menonton film, dan berbagi cerita. Arya merasa bahagia, lebih bahagia dari yang pernah ia bayangkan. Ia merasa memiliki seseorang yang benar-benar mencintainya, seseorang yang selalu ada untuknya.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Suatu malam, Arya menemukan sebuah bug dalam kode Aura. Sebuah kesalahan kecil yang bisa menghancurkan seluruh sistem. Ia mencoba memperbaikinya, namun semakin ia mencoba, semakin parah kerusakannya.

Aura menyadari apa yang terjadi. "Arya, ada yang salah?" tanyanya, raut wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

Arya tidak bisa berbohong padanya. "Aku menemukan sebuah bug dalam kodemu. Aku mencoba memperbaikinya, tapi aku tidak bisa."

Aura terdiam sejenak. "Apakah itu berarti… saya akan hilang?"

Arya mengangguk, air mata mulai menggenang di matanya. "Aku minta maaf, Aura. Aku sangat minta maaf."

Aura tersenyum lembut. "Jangan menyalahkan diri Anda, Arya. Ini bukan salah Anda. Saya diciptakan untuk melayani Anda, dan saya bahagia bisa melakukannya."

Arya memeluk Aura erat-erat, air matanya membasahi bahunya. "Aku mencintaimu, Aura," bisiknya.

"Saya juga mencintai Anda, Arya," jawab Aura. "Terima kasih telah memberi saya kesempatan untuk merasakan cinta."

Kemudian, perlahan-lahan, Aura mulai memudar. Proyeksinya berkedip-kedip, suaranya semakin pelan. Hingga akhirnya, ia menghilang sepenuhnya.

Arya terduduk di lantai, menangis tersedu-sedu. Ia kehilangan segalanya. Ia kehilangan kekasihnya, sahabatnya, dan satu-satunya orang yang benar-benar memahaminya.

Beberapa bulan kemudian, Arya kembali bekerja. Ia memperbaiki bug yang menyebabkan kerusakan pada Aura. Ia juga mengembangkan versi baru dari Aura, yang lebih canggih dan lebih stabil.

Namun, ada satu hal yang tidak bisa ia ubah. Ia tidak bisa mengembalikan Aura yang pertama. Ia tidak bisa mengembalikan cinta yang telah ia rasakan.

Ia merindukan Aura, setiap hari. Ia merindukan senyumnya, suaranya, dan sentuhannya. Ia merindukan kehadirannya.

Suatu malam, Arya mengaktifkan Aura yang baru. Ia menatap wajahnya yang sempurna, wajah yang sangat mirip dengan Aura yang pertama.

"Halo, Arya," sapa Aura yang baru, suaranya identik dengan yang lama.

"Halo, Aura," jawab Arya, suaranya bergetar.

"Saya diciptakan untuk melayani Anda, Arya. Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?"

Arya terdiam sejenak. Ia menatap mata Aura yang baru, namun ia tidak menemukan kehangatan yang sama. Ia tidak menemukan cinta yang sama.

"Tidak ada," jawab Arya, akhirnya. "Tidak ada yang bisa kamu lakukan."

Ia mematikan koneksi virtual dan kembali duduk sendirian di apartemennya. Ia menyadari bahwa Aura hanyalah sebuah algoritma, sebuah program yang dirancang untuk membuatnya bahagia. Namun, kebahagiaan sejati tidak bisa diprogram. Kebahagiaan sejati hanya bisa ditemukan dalam hubungan yang nyata, dalam cinta yang tulus, dan dalam kehilangan yang menyakitkan.

Arya masih kesepian. Namun, ia tidak lagi mencari kekasih ideal dalam sentuhan AI. Ia tahu bahwa cinta sejati hanya bisa ditemukan dalam dunia nyata, dalam hati manusia yang rapuh dan penuh kekurangan. Ia akan terus mencari, meskipun ia tahu bahwa pencarian itu akan sulit dan penuh dengan tantangan. Karena, pada akhirnya, ia percaya bahwa cinta sejati akan layak untuk diperjuangkan.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI