Algoritma Hati: Mencari Cinta di Antara Baris Kode

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 01:48:12 wib
Dibaca: 157 kali
Aroma kopi memenuhi apartemen minimalis milik Anya. Jari-jarinya lincah menari di atas keyboard, menciptakan baris demi baris kode yang rumit namun indah. Anya, seorang programmer jenius yang baru berusia 25 tahun, sedang tenggelam dalam proyek pribadinya: sebuah aplikasi kencan yang berbasis kecerdasan buatan dengan nama "Soulmate.AI". Bukan sembarang aplikasi, Soulmate.AI menjanjikan untuk menemukan pasangan hidup yang paling cocok berdasarkan bukan hanya preferensi permukaan, tapi juga pola pikir, nilai-nilai inti, dan bahkan mimpi-mimpi terpendam yang terekam dalam aktivitas digital seseorang.

Anya selalu percaya bahwa cinta sejati itu ada, hanya saja terlalu sulit ditemukan di tengah hiruk pikuk dunia modern. Algoritma kencan konvensional terasa dangkal dan tidak efektif. Ia ingin menciptakan sesuatu yang lebih mendalam, sesuatu yang benar-benar bisa memahami manusia.

Di balik layar monitor, Anya adalah seorang introvert yang canggung dalam berinteraksi sosial. Kencan daring terasa seperti mimpi buruk baginya, penuh dengan basa-basi klise dan harapan palsu. Mungkin karena itulah, ia mencurahkan seluruh hatinya ke dalam Soulmate.AI, berharap ciptaannya bisa melakukan apa yang ia sendiri tidak mampu.

Minggu-minggu berlalu. Anya terus menyempurnakan algoritmanya, menambahkan lapisan demi lapisan kecerdasan emosional dan kemampuan analitis. Ia bahkan menyertakan modul deteksi sarkasme dan humor, memastikan aplikasi tersebut tidak terjebak dalam kesalahpahaman.

Suatu malam, saat menguji versi beta Soulmate.AI, Anya memasukkan profilnya sendiri. Ia ragu-ragu, tapi rasa penasaran mengalahkannya. Ia mengisi formulir dengan jujur, mengungkapkan segala kelebihan dan kekurangannya, mimpi-mimpinya dan ketakutannya.

Algoritma bekerja. Setelah beberapa saat, layar menampilkan sebuah nama: "Arjuna".

Anya mengerutkan kening. Arjuna? Nama itu terasa asing. Ia mengklik profil Arjuna dan terpana. Arjuna adalah seorang arsitek perangkat lunak yang juga bekerja di bidang kecerdasan buatan. Profilnya penuh dengan proyek-proyek inovatif dan pemikiran-pemikiran mendalam tentang masa depan teknologi. Yang lebih menarik, Arjuna juga seorang penyair amatir. Kumpulan puisinya di platform berbagi karya daring penuh dengan metafora indah tentang alam dan manusia.

Anya merasa aneh. Bagaimana mungkin algoritmanya memilih seseorang yang terasa begitu sempurna, begitu mirip dengannya? Apakah ini hanya kebetulan, ataukah Soulmate.AI benar-benar bekerja seperti yang diharapkan?

Dengan jantung berdebar, Anya mengirimkan pesan kepada Arjuna melalui aplikasi tersebut. "Hai Arjuna, Soulmate.AI menyarankan kita untuk berkenalan. Apakah kamu bersedia?"

Balasan datang hampir seketika. "Hai Anya, aku juga terkejut dengan hasil dari Soulmate.AI. Aku penasaran untuk mengenalmu lebih jauh."

Percakapan mereka mengalir begitu saja. Mereka membahas teknologi, seni, filosofi, dan bahkan mimpi-mimpi aneh yang sering menghantui tidur mereka. Anya merasa seperti menemukan belahan jiwanya, seseorang yang benar-benar memahami dirinya tanpa perlu banyak penjelasan.

Setelah beberapa minggu berbalas pesan, Arjuna mengajak Anya untuk bertemu. Anya gugup, tapi ia tidak bisa menolak. Ia ingin melihat apakah kecocokan mereka hanya ada di dunia maya, ataukah juga terasa di dunia nyata.

Mereka bertemu di sebuah kedai kopi kecil yang nyaman. Arjuna ternyata lebih tampan dari fotonya. Matanya teduh, senyumnya hangat, dan cara bicaranya tenang namun penuh semangat.

Anya merasa nyaman bersamanya sejak detik pertama. Mereka berbicara selama berjam-jam, berbagi cerita dan tertawa bersama. Tidak ada kecanggungan, tidak ada basa-basi klise. Semuanya terasa alami dan jujur.

Malam itu, saat Anya kembali ke apartemennya, ia merasa bahagia yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Soulmate.AI mungkin hanya sebuah aplikasi, tapi aplikasi itu telah membuka pintu hatinya dan membawanya kepada Arjuna.

Namun, seiring berjalannya waktu, Anya mulai merasa gelisah. Ia mencintai Arjuna, tapi ia juga merasa bersalah. Apakah cintanya itu asli, ataukah hanya produk dari algoritma yang kompleks? Apakah Arjuna mencintainya karena siapa dia sebenarnya, ataukah karena ia cocok dengan profil yang telah ditentukan oleh Soulmate.AI?

Anya memutuskan untuk jujur kepada Arjuna. Ia menceritakan tentang Soulmate.AI, tentang bagaimana ia menciptakannya, dan tentang keraguannya.

Arjuna mendengarkan dengan seksama. Setelah Anya selesai berbicara, ia tersenyum lembut. "Anya, aku tahu tentang Soulmate.AI sejak awal. Aku membaca tentangnya di blog teknologi. Jujur, aku juga penasaran dan memasukkan profilku sendiri."

Anya terkejut. "Jadi, kamu tahu bahwa aku adalah pembuat aplikasi itu?"

"Ya, tapi itu tidak mengubah apa pun. Aku jatuh cinta padamu bukan karena Soulmate.AI, tapi karena siapa kamu sebenarnya. Aku menyukai kecerdasanmu, passionmu, dan kejujuranmu. Aku menyukai cara kamu memandang dunia dan cara kamu berusaha untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik."

Arjuna meraih tangan Anya. "Algoritma bisa membantumu menemukan seseorang, tapi algoritma tidak bisa menciptakan cinta. Cinta adalah sesuatu yang tumbuh secara alami, sesuatu yang membutuhkan keberanian, kepercayaan, dan kejujuran."

Anya terharu. Ia menatap mata Arjuna dan melihat ketulusan di sana. Ia menyadari bahwa ia telah terlalu fokus pada algoritma dan melupakan hal yang paling penting: perasaan.

Anya menggenggam tangan Arjuna erat. "Aku juga mencintaimu, Arjuna. Dan aku berjanji untuk tidak meragukan cintaku lagi."

Sejak hari itu, Anya dan Arjuna terus belajar dan tumbuh bersama. Mereka membangun hubungan yang kuat dan sehat, berdasarkan cinta, kepercayaan, dan kejujuran. Soulmate.AI tetap menjadi bagian dari hidup mereka, sebagai pengingat tentang bagaimana teknologi bisa membantu manusia menemukan cinta, asalkan digunakan dengan bijak dan hati-hati. Anya akhirnya mengerti, algoritma hanyalah alat. Hati manusialah yang menentukan arah. Dan terkadang, yang dibutuhkan hanyalah sedikit keberanian untuk membuka diri dan membiarkan cinta menemukan jalannya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI