Desiran notifikasi yang khas membuat Anya tersentak dari lamunannya. “Match baru?” gumamnya, meraih ponsel di meja kerja yang berantakan oleh tumpukan dokumen. Jari-jarinya dengan lincah membuka aplikasi “Soulmate Search”, sebuah aplikasi kencan yang mengklaim menemukan pasangan ideal berdasarkan algoritma kompleks dan data psikologis mendalam.
Anya, seorang programmer handal di usia pertengahan dua puluhan, selalu skeptis terhadap aplikasi semacam ini. Baginya, cinta tidak bisa dikuantifikasi, apalagi diatur oleh barisan kode. Namun, setelah dibujuk teman-temannya dan merasa lelah dengan kesendirian yang semakin terasa di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, ia menyerah dan mengunduh Soulmate Search.
“Reza_Ardianto92”, terpampang di layar ponsel. Profilnya menampilkan foto seorang pria dengan senyum menawan, mengenakan kemeja batik modern. Deskripsinya singkat namun menarik: “Pecinta kopi, buku, dan senja. Sedang mencari seseorang untuk menikmati ketiganya bersama.”
Anya tersenyum tipis. Deskripsi itu cukup klise, tapi entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya tertarik. Ia membaca biodata Reza lebih lanjut: lulusan arsitektur, bekerja di sebuah firma ternama, dan memiliki hobi mendaki gunung. Semuanya tampak sempurna, terlalu sempurna mungkin.
Dengan ragu, Anya menekan tombol “Suka”. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat dari biasanya. Ini konyol, pikirnya. Ia berharap algoritma Soulmate Search kali ini tidak mengecewakannya seperti kencan-kencan sebelumnya yang berakhir dengan canggung dan mengecewakan.
Beberapa menit kemudian, notifikasi lain muncul. “Reza_Ardianto92 menyukaimu kembali!”
Anya terdiam. Pertukaran pesan singkat pun dimulai. Reza ternyata humoris dan cerdas. Mereka berbicara tentang banyak hal, mulai dari film indie favorit hingga mimpi-mimpi masa depan. Anya merasa nyaman dan bisa menjadi dirinya sendiri saat berinteraksi dengan Reza. Beberapa hari berlalu dengan percakapan virtual yang intens. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kedai kopi kecil di bilangan Kemang.
Malam itu, Anya gugup bukan main. Ia berkali-kali memastikan penampilannya di depan cermin. Gaun sederhana berwarna biru tua, rambut yang ditata rapi, dan senyum yang dipoles sempurna. Ia berharap Reza tidak kecewa saat melihatnya secara langsung.
Ketika Anya tiba di kedai kopi, Reza sudah menunggu di salah satu meja di sudut ruangan. Sosoknya persis seperti yang digambarkan di foto profilnya, bahkan mungkin lebih tampan. Senyumnya hangat dan matanya berbinar saat melihat Anya.
“Anya, ya? Maaf menunggu,” sapanya, suaranya lembut dan menenangkan.
“Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai,” jawab Anya, berusaha menyembunyikan kegugupannya.
Malam itu, mereka berbicara selama berjam-jam. Suasana terasa menyenangkan dan alami. Tidak ada kecanggungan atau keheningan yang dipaksakan. Anya merasa seolah-olah sudah mengenal Reza sejak lama. Ia mulai berpikir bahwa mungkin, algoritma Soulmate Search tidak sepenuhnya salah. Mungkin, ia memang menemukan seseorang yang cocok dengannya.
Beberapa minggu berikutnya, hubungan mereka berkembang pesat. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, mencoba berbagai hal baru, dan saling mendukung dalam meraih mimpi masing-masing. Anya merasa bahagia dan jatuh cinta pada Reza. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan menemukan kebahagiaan melalui sebuah aplikasi kencan.
Namun, kebahagiaan itu ternyata tidak bertahan lama. Suatu malam, saat mereka sedang makan malam romantis di sebuah restoran Italia, ponsel Reza berdering. Ia melihat layar ponselnya, lalu memasukkannya kembali ke dalam saku tanpa mengangkatnya.
“Siapa itu?” tanya Anya, penasaran.
“Oh, itu… bukan siapa-siapa. Hanya teman kerja,” jawab Reza, sedikit gugup.
Anya merasa ada sesuatu yang aneh dengan jawaban Reza. Ia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah itu. Namun, keesokan harinya, rasa curiga Anya semakin menjadi-jadi. Ia melihat Reza menerima telepon dari nomor yang tidak dikenal, lalu pergi keluar untuk berbicara secara pribadi.
Dengan keberanian yang dipaksakan, Anya mencoba mencari tahu kebenaran. Ia diam-diam membuka ponsel Reza saat pria itu sedang mandi. Ia menemukan serangkaian pesan dari seorang wanita bernama Laras. Isi pesan itu sangat mesra dan intim.
Hati Anya hancur berkeping-keping. Ia merasa dikhianati dan dibodohi. Ternyata, selama ini Reza tidak hanya berkencan dengannya, tetapi juga menjalin hubungan dengan wanita lain.
Ketika Reza keluar dari kamar mandi, Anya langsung menghadapinya dengan bukti di tangannya. Reza tidak bisa mengelak. Ia mengakui perselingkuhannya dan meminta maaf. Ia mengatakan bahwa ia bingung dan tidak tahu apa yang diinginkannya.
Anya marah dan kecewa. Ia tidak bisa menerima alasan Reza. Ia merasa bahwa ia telah membuang-buang waktunya untuk seseorang yang tidak bisa menghargai dirinya. Ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka saat itu juga.
Setelah putus dengan Reza, Anya merasa terpukul. Ia kembali meragukan keberadaan cinta sejati. Ia merasa bahwa semua pria sama saja, tidak bisa dipercaya dan selalu menyakiti hati wanita.
Namun, setelah beberapa waktu, Anya mulai bangkit dari keterpurukannya. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa terus-menerus menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Ia harus belajar untuk menerima kenyataan dan melanjutkan hidupnya.
Ia menghapus aplikasi Soulmate Search dari ponselnya. Ia memutuskan untuk tidak lagi mencari cinta melalui aplikasi kencan. Ia ingin menemukan cinta secara alami, tanpa bantuan algoritma dan barisan kode.
Beberapa bulan kemudian, Anya bertemu dengan seorang pria bernama Arya di sebuah acara amal. Arya adalah seorang fotografer yang memiliki minat yang sama dengan Anya, yaitu fotografi dan traveling. Mereka sering berbicara tentang berbagai hal dan saling bertukar ide.
Awalnya, Anya tidak memiliki harapan apa pun terhadap Arya. Ia hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Namun, seiring berjalannya waktu, Anya mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ia merasa nyaman dan bahagia saat berada di dekat Arya. Ia merasa bahwa Arya adalah seseorang yang bisa memahami dirinya dan menerima dirinya apa adanya.
Suatu malam, Arya mengajak Anya makan malam romantis di sebuah restoran tepi pantai. Setelah makan malam, Arya mengungkapkan perasaannya kepada Anya. Ia mengatakan bahwa ia mencintai Anya dan ingin menghabiskan sisa hidupnya bersamanya.
Anya terkejut dan bahagia. Ia tidak menyangka bahwa Arya juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Ia menerima cinta Arya dengan senang hati. Ia merasa bahwa ia akhirnya menemukan cinta sejati yang selama ini ia cari-cari.
Anya tersenyum. Mungkin benar, cinta tidak bisa ditemukan melalui algoritma. Terkadang, cinta datang di saat yang tidak terduga, dari orang yang tidak pernah kita bayangkan. Dan mungkin, salah sambung di Soulmate Search itu adalah sebuah pengingat: cinta sejati tidak selalu datang dari apa yang kita cari, tapi dari apa yang kita temukan secara tak sengaja.