Di layar ponsel, sebuah dunia bersemi,
Tempat jemariku menari, mencari arti.
Bukan sekadar berita atau sapaan pagi,
Namun hadirmu, notifikasi yang dinanti.
Detik berpacu, menit merangkai waktu,
Dalam hening malam, hatiku berlagu.
Kuselami algoritma rasa yang membiru,
Berharap pesanmu hadir, menyinari kalbu.
Setiap getar, denyut jantung berdebar,
Membayangkan kata-kata indah terukir.
Senyummu hadir, meski hanya tersirat,
Dalam baris pesan, rindu terungkap lebar.
Kau adalah kode rahasia dalam program hidupku,
Bahasa biner cinta yang selalu kurindu.
Di antara piksel dan cahaya yang semu,
Kau hadir nyata, mengisi ruang hampa di benakku.
Bukan hanya rangkaian huruf dan angka,
Namun sentuhan lembut, bagai belaian sang surya.
Melalui gelombang elektromagnetika,
Cintamu merambat, menembus ruang dan masa.
Kucari sinyalmu di setiap sudut kota,
Di antara gedung tinggi dan riuhnya kereta.
Seolah antena hatiku selalu terpeta,
Mencari frekuensi cinta yang kau pancarkan nyata.
Mungkin ini zaman di mana cinta terdigitalisasi,
Namun getarannya tetaplah sama, penuh emosi.
Bukan sekadar simbol atau ikon yang terisasi,
Namun perasaan tulus, dari hati nurani.
Kutatap langit malam, berbintang gemintang,
Seolah pesan cintamu terukir di awan.
Bersama rembulan, kau hadir menenangkan,
Menyirami jiwa yang dahaga, penuh kerinduan.
Ketika notifikasi cintamu akhirnya tiba,
Dunia seakan berhenti, hanya ada kita berdua.
Dalam dimensi maya, rasa tumbuh membara,
Menjadi api abadi, takkan pernah sirna.
Di setiap hela nafasku, namamu terucap,
Sebuah mantra suci, tak pernah terungkap.
Di antara algoritma dan rumus yang lengkap,
Cintamu adalah teka-teki indah yang kuungkap.
Biarlah dunia berputar dengan segala kemajuan,
Cinta kita tetaplah murni, tanpa kepalsuan.
Di era digital, kau adalah keajaiban,
Notifikasi cintamu, selalu kutunggu di setiap hela nafasku, tanpa bosan.