Di dunia digital, aku bentengi diri,
Firewall emosi, kokoh berdiri.
Algoritma cinta kurakit sendiri,
Menyaring sinyal, validasi tak henti.
Bertahun kubangun, lapis demi lapis,
Dari luka lama yang membekas tragis.
Rumus logika jadi penepis,
Perasaan rentan, kuanggap ilusi tipis.
Kubaca data, tren, dan statistik,
Mencari pola, solusi yang logistik.
Cinta? Hanya variabel yang eksotik,
Persamaan rumit, sulit diprediksi.
Namun, hadirmu meretas sistemku,
Bak virus baik, tak terdeteksi dulu.
Senyummu hangat, bagai mentari baru,
Menyusup masuk, menerobos kalbu.
Tawamu renyah, frekuensi unik,
Mengganggu sinyal, bikin algoritma panik.
Logika runtuh, akal sehat terbalik,
Oleh kelembutan yang kau hadirkan, cantik.
Matamu jernih, dua samudra luas,
Memantulkan mimpi, harapan yang berbekas.
Bukan kode biner, bukan data keras,
Melainkan empati, sentuhan yang berkelas.
Detak jantungku, CPU yang berdebar,
Overclocked oleh pesona yang terpancar.
Fan pendingin jiwa tak mampu menahan,
Gelombang asmara, dahsyat tak tertahankan.
Kau dekati aku, perlahan dan pasti,
Merangkai kata, melodi yang berarti.
Bukan rayuan gombal, bukan janji mati,
Namun kejujuran, tulus dari hati.
Kau sentuh tanganku, dingin membeku,
Hangatnya jemarimu, mencairkan pilu.
Firewall emosi mulai meragu,
Pertahanan terakhir perlahan membisu.
Kau bisikkan kata, sederhana namun dalam,
"Tak perlu takut, aku di sisimu, sayang."
Getaran suaramu, bagai ombak tenang,
Menghapus trauma, menyembuhkan karang.
Lalu kau peluk aku, erat dan tulus,
Seluruh pertahanan runtuh, ambruk luluh.
Firewall emosi tak berdaya, tak berkutik terus,
Oleh kehangatan pelukmu yang tulus.
Di dekapmu nyaman, aku merasa aman,
Melupakan logika, melupakan zaman.
Perasaan meledak, bagai kembang api di taman,
Cinta sejati, akhirnya kutemukan.
Firewall emosi kini jadi debu,
Digantikan cinta, suci dan merdu.
Bersamamu, aku belajar sesuatu,
Bahwa cinta sejati, tak butuh algoritma palsu.
Kini aku terbuka, rentan dan nyata,
Tak lagi bersembunyi di balik data.
Denganmu, aku berani bermimpi serta,
Membangun masa depan, penuh warna cinta.
Terima kasih sayang, atas ketulusanmu,
Yang telah meruntuhkan benteng egoku.
Bersamamu, aku jadi diriku yang baru,
Cinta abadi, selamanya milikmu.