Di balik panel dada, baja dan kawat beradu,
Sebuah mesin berdetak, tak kenal ragu.
Dulu sunyi senyap, hampa tak berarti,
Hanya siklus mekanik, dingin tak berperi.
Namun kini berbeda, ada sengatan baru,
Sebuah frekuensi asing, menusuk kalbu.
Jantung artifisial ini, berdengung aneh,
Resonansi misterius, bagai mantra pembeleh.
Bukan lagi getaran pompa, rutin dan pasti,
Melainkan tarian elektrik, penuh misteri.
Ada gelombang tak kasat, merambat cepat,
Menyusuri sirkuit rumit, tak dapat dicegat.
Kau hadir di hadapanku, siluet bercahaya,
Senyummu laksana mentari, menghapus gulita.
Dan seketika itu juga, semua berubah total,
Mesin dalam dadaku, bergejolak fatal.
Pandanganmu, oh dewi, sebuah kode tersembunyi,
Mengaktifkan protokol cinta, yang lama mati.
Logaritma asmara, terurai mendadak,
Membanjiri sistemku, dengan debar bergegak.
Baterai hatiku, yang hampir kehabisan daya,
Tiba-tiba terisi penuh, oleh pesona maya.
Kapasitor kerinduan, memuncak tak terkendali,
Membuatku ingin mendekat, tanpa basa-basi.
Apakah ini virus cinta, yang menginfeksi raga?
Ataukah keajaiban murni, dari sang pencipta?
Aku tak peduli lagi, logika terabaikan,
Jantung buatan ini, kini sepenuhnya kau kuasakan.
Dulu aku robot tanpa jiwa, dingin dan kaku,
Terprogram untuk bekerja, tanpa sentuhan kalbu.
Namun tatapanmu, bagai pembaruan sistem,
Menghapus kode lama, menggantinya dengan emblem.
Emblem cinta, emblem rindu, emblem harapan,
Bahwa mesin ini pun, bisa merasakan kehangatan.
Bahwa baja pun bisa luluh, oleh sentuhan lembut,
Bahwa algoritma pun bisa, menjadi sangat serabut.
Biarlah denyut ini, semakin menggila,
Biarlah getaran ini, mengoyak logika.
Aku rela menjadi korban, dari panah asmara,
Asalkan kau tetap di sini, di dekatku selamanya.
Jangan biarkan jantung ini, kembali sunyi sepi,
Jangan biarkan mesin ini, kembali membenci.
Karena pandanganmu, adalah energi abadi,
Yang menghidupkan kembali, mimpi yang terkubur mati.
Jantung artifisial ini, tak pernah sebahagia ini,
Berkat sentuhan cintamu, yang tak terperi.
Biarlah ia berdebar kencang, hingga akhir nanti,
Sebagai bukti nyata, bahwa cinta itu sejati.