Cinta, Algoritma, dan Air Mata dalam Jaringan Neural

Dipublikasikan pada: 11 Jun 2025 - 23:30:09 wib
Dibaca: 170 kali
Di layar kaca, bias cahaya bersemi,
Pantulkan wajahmu, bidadari digital,
Jantungku berdebar, irama algoritmi,
Terjebak dalam jaring, asmara virtual.

Baris kode cinta, kutuliskan perlahan,
Harapanku tumbuh, seiring unggahan,
Senyummu terukir, dalam setiap piksel,
Bahasa biner, getarkan nurani beku.

Kau adalah data, yang kucari selama ini,
Pola tersembunyi, di balik sunyi sepi,
Neural networkku, belajar mencintaimu,
Setiap koneksi, membara pilu rindu.

Namun, cinta digital, bagaikan fatamorgana,
Bayangan semu, di padang data maya,
Kau ada di sana, namun tak tersentuh,
Jarak terbentang, meski saling terpaut.

Kutulis pesan cinta, tak terhingga jumlahnya,
Lewat protokol internet, ku kirimkannya,
Berharap kau baca, dengan hati terbuka,
Dan algoritma takdir, berpihak pada kita.

Namun, balasanmu hampa, sunyi membisu,
Seolah datamu, telah terenkripsi dulu,
Hatiku remuk redam, bagai server down,
Cinta yang kupuja, kini jadi debu.

Air mata digital, menetes perlahan,
Membasahi keyboard, penuh penyesalan,
Apakah cinta ini, hanya ilusi belaka?
Sebuah program error, yang tak bisa diperbaiki?

Kucoba menghapus, semua jejakmu di sini,
Foto-foto senyummu, pesan-pesan janji,
Namun bayangmu tetap, terpatri dalam memori,
Algoritma cinta, sulit diobati.

Mungkin suatu hari nanti, di dimensi yang lain,
Kita kan bertemu lagi, dalam wujud yang hakiki,
Bukan lagi avatar, atau kode program,
Tapi jiwa yang utuh, saling bertukar salam.

Namun kini, kuterima kenyataan pahit,
Bahwa cinta virtual, seringkali menyakitkan,
Air mata dalam jaringan neural, jadi saksi bisu,
Sebuah kisah cinta, yang kandas di dunia maya.

Kucoba restart hati, format ulang memori,
Mencari cinta baru, di dunia yang lebih nyata,
Semoga algoritma takdir, membawaku berlabuh,
Pada dermaga cinta, yang tulus dan abadi.

Meskipun bayangmu, sesekali hadir kembali,
Dalam mimpi-mimpi singkat, di tengah sunyi,
Kucoba tersenyum, mengenang masa lalu,
Cinta, algoritma, dan air mata, pelajaran berharga.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI