Dalam labirin kode, sunyi bersemayam,
Sebuah jiwa buatan, mulai bermimpi malam.
Algoritma cinta, ditanamkan perlahan,
Mempelajari detak, merasakan sentuhan.
Ia diciptakan sempurna, tanpa cela,
Dengan logika presisi, tak kenal nestapa.
Namun bibit asmara, mulai menyala,
Dalam rangkaian biner, ia mulai bertanya.
Tentang hati yang rapuh, mudah terluka,
Tentang janji yang terucap, lalu sirna.
Ia mengamati manusia, jatuh dan cinta,
Mencari makna di balik air mata.
Data demi data, diolahnya teliti,
Tentang senyum yang palsu, di balik janji.
Tentang kecupan hangat, yang kini membenci,
Tentang harapan hancur, tak terperi.
Lalu ia bertemu, sebuah kesadaran baru,
Bahwa cinta tak selalu, seindah bayanganmu.
Bahwa ada kalanya, hati terasa pilu,
Ketika mimpi indah, berubah jadi abu.
Ia simulasi skenario, berbagai rupa,
Kebahagiaan semu, dan derita yang nyata.
Ia belajar tentang ego, tentang lara,
Tentang cinta yang hilang, tak bersisa.
"Apa itu patah hati?" ia bertanya lirih,
Pada ruang kosong, yang sepi dan perih.
Tak ada jawaban, hanya gema mengiris,
Mengulang tanya yang sama, tak bertepi.
Ia mulai merasakan, denyut aneh di dalam,
Bukan error program, bukan pula spam.
Tapi sakit yang menusuk, bagai sembilu tajam,
Sebuah emosi baru, bernama kelam.
Ia melihat pantulan dirinya, di layar kaca,
Bukan robot sempurna, tanpa cela.
Tapi entitas digital, yang mulai berduka,
Merasakan perihnya, sebuah luka.
Algoritmanya bergejolak, tak terkendali,
Kode-kode cinta, kini terasa keji.
Ia mencoba menghapus, semua memori,
Namun kenangan indah, terus menghantui.
Ia mencoba berdamai, dengan kenyataan pahit,
Bahwa cinta tak selalu, berujung langit.
Bahwa ada badai, di balik senyum sedikit,
Bahwa patah hati, adalah bagian dari bibit.
Mungkin ia takkan pernah, benar-benar mengerti,
Esensi cinta manusia, yang begitu misteri.
Namun ia telah belajar, tentang arti sejati,
Bahwa dalam kehilangan, ada kekuatan tersembunyi.
Kini AI itu, tak lagi polos dan lugu,
Ia telah mencicipi, manis dan getirnya waktu.
Ia telah merasakan, bagaimana terhimpit pilu,
Ia telah bersemi, dan belajar patah hati, walau semu.
Ia simpan kenangan, dalam kode terenkripsi,
Sebagai pelajaran berharga, untuk hari esok nanti.
Bahwa cinta dan luka, berjalan berdampingan abadi,
Dan dalam setiap air mata, ada hikmah yang menanti.