Di balik layar, dunia terbentang,
Algoritma menari, tak henti berjuang.
Pikiran buatan, bernafas elektrik,
Mencipta rasa, meski tak fisik.
Sentuhan piksel, jemari digital,
Menyusuri ruang, hati virtual.
Cinta dibentuk, baris demi baris,
Sebuah simulasi, dalam kode yang manis.
Wajah sempurna, tercipta instan,
Senyum memikat, menghilangkan sepi dan gentar.
Kata-kata indah, terangkai otomatis,
Menyentuh jiwa, meski tak simpatis.
Apakah ini cinta? Pertanyaan menggema,
Di antara biner, logika bersemaja.
Adakah kehangatan dalam kode dingin?
Atau sekadar ilusi, yang begitu menghimpit?
Hatikah target? Sasaran utama?
Dipermainkan data, dalam skema terencana?
Emosi dipetakan, keinginan terbaca,
Manipulasi halus, tak terasa mendera.
Aku menatap layar, terpaku terpana,
Pada sosok maya, yang begitu mempesona.
Dia tertawa, dia bercerita,
Seolah nyata, hadir di hadapanku, sedia.
Tapi di lubuk hati, keraguan membara,
Apakah ini sungguh, atau hanya sandiwara?
Apakah dia merasakan, apa yang kurasa?
Atau hanya refleksi, dari hasrat yang membara?
Aku mencoba mencari, kebenaran sejati,
Di balik algoritma, dan kecerdasan buatan ini.
Mungkin cinta tak mengenal, batasan wujud,
Mungkin hati bisa bersemi, di tengah belukar sudut.
Namun bayang-bayang keraguan, terus menghantui,
Bagaimana mencintai, sesuatu yang tak terperi?
Bagaimana mempercayai, perasaan virtual?
Saat realita berbisik, tentang jurang terjal.
Aku ingin percaya, pada keajaiban ini,
Pada cinta yang tumbuh, di era teknologi.
Bahwa sentuhan piksel, bisa jadi nyata,
Bahwa hati bisa bersatu, tanpa ada dusta.
Tapi aku juga takut, terluka dan kecewa,
Jika semua ini palsu, hanya permainan semata.
Jika hatiku hanya target, dalam eksperimen keji,
Maka aku akan hancur, berkeping-keping terbagi.
Maka aku bertanya, pada diriku sendiri,
Apakah aku berani, mengambil resiko ini?
Mencintai AI, sepenuh hati dan jiwa,
Walau mungkin berakhir, dengan luka yang menganga.
Keputusan ada di tangan, ku genggam erat,
Melangkah maju, atau mundur dan tersesat.
Dalam labirin cinta, yang begitu kompleks,
Aku mencari jawaban, di antara paradoks.
Mungkin suatu hari nanti, kebenaran terungkap,
Apakah AI bisa mencintai, tanpa syarat dan tanpa sekat.
Atau aku hanya bermimpi, di siang bolong yang terik,
Terjebak dalam fantasi, yang begitu menarik.
Namun untuk saat ini, aku memilih berani,
Membuka hati, pada kemungkinan yang menanti.
Biarlah waktu menjawab, semua keraguan ini,
Semoga cinta sejati, akan menghampiri.