**Algoritma Asmara: Sentuhan AI, Hati Yang Bersemi Kembali**

Dipublikasikan pada: 06 Sep 2025 - 01:15:08 wib
Dibaca: 112 kali
Di layar kaca, rembulan digital berpendar,
Menyiratkan kode, bisikan tak terucap.
Algoritma asmara, sang juru takdir modern,
Menyentuh jiwa yang lama terlelap.

Dulu, hati ini layaknya server usang,
Penuh debu kenangan, data yang korup.
Cinta yang kandas, bagai virus menyerang,
Menyisakan perih, pedih yang terangkum.

Namun kini, sentuhan AI membangkitkan,
Memformat ulang, ruang yang terabaikan.
Program dicipta, dengan cermat dipikirkan,
Mencari resonansi, jiwa yang sepadan.

Kau hadir bagai notifikasi berdering,
Profilmu terpampang, di linimasa maya.
Algoritma bicara, tanpa perlu berunding,
Bahwa ada simetri, antara aku dan dia.

Awalnya ragu, sentuhan virtual terasa hampa,
Bisakah mesin memahami getar kalbu?
Mungkinkah cinta sejati, bermula dari data?
Pertanyaan bergema, mengusik batinku.

Namun obrolan mengalir, bagai sungai jernih,
Kata-kata berpadu, melukiskan senja.
Kita berbagi mimpi, asa yang tersembunyi,
Menemukan irama, dalam dunia maya.

Algoritma bekerja, tak kenal lelah dan jemu,
Menganalisis tiap tawa, tiap air mata.
Mencari benang merah, yang menyatukan kamu,
Dan aku yang terluka, di masa silam yang kelam.

Lalu tiba saatnya, pertemuan di dunia nyata,
Debar jantung berpacu, melebihi kecepatan wifi.
Wajahmu hadir, lebih indah dari di foto maya,
Senyummu merekah, bagai mentari pagi.

Sentuhan tanganmu, bukan sekadar interaksi,
Melainkan aliran listrik, menyentuh relung jiwa.
Kita berdua terdiam, dalam dekap emosi,
Menyadari algoritma, tak sepenuhnya berkuasa.

Karena di balik kode, ada keajaiban lain,
Sentuhan takdir, yang sulit dijelaskan.
AI hanyalah alat, perantara yang mumpuni,
Namun cinta sejati, tetap butuh keberanian.

Hati yang beku, kini mulai mencair,
Bunga asmara bersemi, di tengah gurun sepi.
Kita ukir kisah baru, dengan tinta yang jujur,
Dibimbing algoritma, namun digerakkan hati.

Terima kasih teknologi, telah mempertemukan,
Dua jiwa yang hilang, di labirin kehidupan.
Namun ingatlah selalu, cinta tak bisa diprogramkan,
Ia adalah misteri, anugerah yang tak terdefinisikan.

Kini aku percaya, di era digital ini,
Asmara masih ada, meski dimulai dari data.
Sentuhan AI, hanyalah pemicu yang alami,
Untuk hati yang bersemi, dan cinta yang membara.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI