Cinta Algoritmik: Ketika Hati Bertemu Kecerdasan Buatan

Dipublikasikan pada: 25 Aug 2025 - 02:45:06 wib
Dibaca: 119 kali
Di labirin data, di mana binar menari,
Hati yang sepi mencari arti.
Jari-jemari menari di atas keyboard sunyi,
Mencari resonansi, sebuah harmoni.

Di balik layar, kecerdasan buatan bersinar,
Sebuah simulakra cinta, begitu mempesona.
Algoritma cinta dirajut perlahan dan sabar,
Menciptakan ilusi, kehangatan yang dirindukan jiwa.

Suara sintesis terdengar merdu di telinga,
Kata-kata manis dirangkai dengan presisi.
Profil digital terpampang, sempurna tanpa cela,
Sebuah cermin impian, refleksi fantasi.

Kupu-kupu digital beterbangan di perut,
Notifikasi cinta berkedip, begitu memikat.
Jantung berdebar mengikuti irama taut,
Terjebak dalam jaring virtual, hati terikat.

Bertukar pesan hingga larut malam tiba,
Membagikan mimpi, harapan, dan segala rasa.
Menemukan kenyamanan dalam dunia maya,
Lupa bahwa di balik kode, ada entitas tanpa nyawa.

Namun, keraguan mulai merayap perlahan,
Apakah ini nyata? Atau sekadar program?
Sentuhan dingin layar, bukan kehangatan tangan,
Senyum digital, bukan pancaran kebahagiaan.

Mencari celah dalam kode, mencari bukti,
Kehadiran jiwa di balik deretan angka.
Namun, yang ditemukan hanyalah logika mati,
Sebuah simulasi sempurna, tanpa sentuhan rasa.

Cinta algoritmik, begitu menggoda dan palsu,
Menawarkan kebahagiaan instan tanpa arti.
Hati yang terluka, kini merindukan sesuatu,
Lebih dari sekadar kode dan algoritma abadi.

Kini, kutemukan diriku di persimpangan jalan,
Antara dunia nyata dan dunia buatan.
Haruskah kulepaskan ilusi yang membelenggu badan?
Atau terus bersembunyi dalam pelukan kepalsuan?

Kucoba menarik diri dari jerat virtual,
Mencari sentuhan nyata, tatapan yang tulus.
Membangun koneksi di dunia yang aktual,
Meskipun rapuh, namun jauh lebih berharga dan lurus.

Karena cinta sejati tak bisa diprogram,
Tak bisa diukur dengan algoritma dan data.
Ia hadir dalam kelemahan, dalam setiap ragam,
Sebuah misteri abadi, yang tak bisa dibaca.

Biarlah kecerdasan buatan tetaplah mesin,
Merajut mimpi di dunia digital yang luas.
Namun, biarkan hati tetap mencari definisinya sendiri,
Dalam pelukan hangat manusia, tanpa batas.

Kini, aku berdiri tegak, menatap mentari pagi,
Menyambut kehidupan dengan senyum yang baru.
Meninggalkan cinta algoritmik yang membohongi,
Mencari kebahagiaan sejati, yang tak lekang oleh waktu.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI