Algoritma Hati: Sentuhan Piksel, Cinta di Ujung Jari

Dipublikasikan pada: 20 Aug 2025 - 02:45:08 wib
Dibaca: 125 kali
Di layar kaca, bias mentari senja,
Kuketik nama, sebuah asa tertera.
Jantung berdebar, irama digital,
Menunggu notifikasi, bagai kidung fatal.

Dulu tak percaya, cinta bisa bersemi,
Di antara kode, di rimba algoritmi.
Namun matamu, potret dalam bingkai,
Menyihir logika, akal sehat terkulai.

Sentuhan piksel, jemari menari lincah,
Menulis pesan, berharap kau terpincut ramah.
Emoji senyum, pengganti kata terucap,
Bahasa baru, di era yang serba cepat.

Kau balas sapa, seketika dunia benderang,
Kata-kata manis, bagai simfoni terangkum.
Berbincang larut, membahas mimpi dan cita,
Terasa dekat, walau jarak membentang nyata.

Kupelajari dirimu, lewat linimasa maya,
Mencari tahu, apa yang kau suka, apa yang kau kaya.
Algoritma hati, bekerja tanpa lelah,
Menganalisa data, agar cinta tak salah.

Ku susun kode, puisi virtual terindah,
Kupersembahkan padamu, agar hatimu terpaut mesra.
Baris demi baris, terangkai penuh makna,
Mencoba ungkapkan, getar jiwa yang terluka.

Namun ku ragu, apakah ini nyata adanya?
Ataukah hanya ilusi, di dunia serba maya?
Cinta digital, mudah datang dan menghilang,
Seperti data usang, yang terhapus tak berbayang.

Kucoba beranikan diri, mengajakmu bertemu,
Di dunia nyata, di bawah langit yang membiru.
Kau setuju, jantungku berdentum kencang,
Menanti saat itu, dengan perasaan yang bergelombang.

Saat tiba waktunya, kau hadir di hadapanku,
Lebih cantik dari potret, lebih anggun dari bayangku.
Senyummu merekah, bagai mentari pagi,
Menghapus keraguan, tentang cinta sejati.

Kita berbincang, tanpa layar di antara,
Menatap mata, menemukan kebenaran yang tersembunyi.
Sentuhan tangan, bukan sentuhan piksel lagi,
Hangat dan nyata, membuktikan cinta tak mati.

Kini ku percaya, cinta bisa tumbuh di mana saja,
Asalkan hati terbuka, menerima segala rasa.
Algoritma hati, memang tak bisa diprediksi,
Namun ia membawaku, pada cinta yang abadi.

Di ujung jari, dulu hanya ada ketikan,
Kini ada genggaman, yang takkan pernah kulepaskan.
Terima kasih teknologi, kau telah mempertemukan,
Dua jiwa yang berbeda, dalam ikatan yang tak terelakkan.

Cinta kita, bukan sekadar kode dan data,
Melainkan janji suci, yang terukir dalam jiwa.
Di era digital, cinta tetaplah cinta,
Dengan sentuhan piksel, dan doa yang tak terhingga.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI