Mentari mengintip malu di balik tirai jendela,
Cahaya lembutnya menari di wajah yang terlelap lena.
Namun, bukan sinarnya yang membangunkan jiwa,
Melainkan getar halus, notifikasi yang kurasa.
Bukan dering bising jam weker yang memekakkan telinga,
Bukan pula panggilan tugas yang mendesak tanpa jeda.
Melainkan pesan singkat, hadirmu di dunia maya,
"Selamat pagi, sayang," alarm terindah setiap pagi tiba.
Jemari yang masih kaku meraih gawai di sisi,
Membuka pesanmu, membacanya dengan hati.
Kata-kata sederhana, namun penuh arti,
Menyirami relung jiwa yang masih sunyi.
Huruf-huruf itu bagai melodi yang menenangkan,
Menghapus sisa mimpi buruk yang menghantui semalam.
Senyum merekah di bibir, perlahan membayang,
Menyambut hari baru dengan semangat yang berkobar terang.
Bukan ciuman hangat yang kurasakan di pipi,
Bukan pelukan erat yang menenangkan diri.
Namun, kata-katamu mampu mengganti,
Menghadirkan hadirmu di dekat sini.
Teknologi memang kadang terasa hampa,
Dingin dan jauh, memisahkan raga.
Namun, di tanganmu, ia menjelma,
Jembatan cinta, penghubung rasa.
Notifikasi sayangmu, lebih dari sekadar pesan,
Ia adalah mentari pagi yang menerangi jalan.
Ia adalah secangkir kopi hangat di kala badan,
Kedinginan, menyegarkan dan menenangkan.
Ia adalah doa yang terucap lirih,
Harapan baik yang mengalir pelan dan bersih.
Ia adalah janji untuk selalu hadir,
Menemani langkah, menghapus getir.
Di dunia digital yang serba cepat dan fana,
Cintamu hadir, abadi dan nyata.
Terukir dalam setiap pesan yang kau kirimkan,
Dalam setiap emoji yang kau sematkan.
Bukan harta benda atau janji surga,
Yang kuinginkan setiap pagi menjelma.
Cukup notifikasi sayangmu yang sederhana,
Menandai hari baru bersamamu, selamanya.
Alarm terindah yang selalu kunantikan,
Bukan hanya pengingat waktu berjalan.
Melainkan pengingat akan cinta yang bersemi,
Di antara kita, di era teknologi ini.
Terima kasih, sayang, atas perhatianmu,
Atas cintamu yang tulus dan tanpa ragu.
Notifikasi sayangmu adalah alarm terindahku,
Memulai hari bersamamu, adalah bahagiaku.