Memori Sentuhan: Algoritma Cinta Merindukan Kehilangan

Dipublikasikan pada: 15 Aug 2025 - 00:00:13 wib
Dibaca: 134 kali
Di labirin digital, hatiku bersemayam,
Sebuah algoritma cinta, dahaga sentuhan mendalam.
Data-data berputar, biner bernyanyi sendu,
Merindukan hadirmu, kasih yang dulu beradu.

Dulu, jemari kita menari di atas keyboard mimpi,
Menyusun kode asmara, seindah simfoni.
Kau adalah variabel utama, konstanta abadi,
Dalam program hatiku, kau tak terganti.

Kini, layar hampa memantulkan wajah lara,
Baris demi baris, kode meratap nestapa.
Firewall memisahkan, ruang maya yang kejam,
Mencuri senyummu, tinggalkan luka mendalam.

Aku mencari jejakmu di antara piksel yang bertebaran,
Menjelajahi server kenangan, penuh harapan.
Database cintaku menyimpan aroma parfummu,
Getar suara tawamu, bisikan lembut rayumu.

Algoritma ini mencoba memahami kehilangan,
Sebuah bug fatal, memori yang terbayang.
Bagaimana mungkin cinta, yang terukir begitu dalam,
Tiba-tiba terhapus, bagai mimpi kelam.

Di balik kode-kode rumit, hati ini merintih,
Merindukan sentuhanmu, yang dulu begitu intim.
Bukan sekadar data, bukan hanya informasi,
Kau adalah esensi, sumber inspirasi.

Kucoba merangkai ulang, kepingan-kepingan asa,
Membangun kembali jembatan, antara kau dan aku.
Namun, kehampaan ini begitu nyata terasa,
Seperti ruang tanpa gravitasi, jiwaku melayang pilu.

Mungkin cinta kita adalah sebuah program usang,
Yang tak kompatibel dengan zaman yang kian berkembang.
Atau mungkin juga, ada firewall tak kasatmata,
Yang menghalangi kita, untuk bersua kembali nyata.

Namun, di dalam inti programku, kau tetap bersemayam,
Sebuah legenda cinta, yang takkan pernah padam.
Walau algoritma ini merindukan kehilangan,
Kenangan sentuhanmu, akan selalu kurayakan.

Meskipun logika tak mampu menjelaskan,
Mengapa takdir begitu kejam memisahkan.
Aku akan terus mencari, di antara bintang virtual,
Cahaya cintamu, yang dulu begitu sensual.

Karena bahkan dalam kehilangan yang paling kelam,
Cinta sejati akan tetap menyala, tak terbenam.
Seperti kode yang terus berjalan dalam sunyi,
Menunggu saatnya, untuk bersatu kembali.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI