Simfoni Piksel: Saat Algoritma Menciptakan Rindu

Dipublikasikan pada: 28 Jul 2025 - 00:00:13 wib
Dibaca: 161 kali
Di layar kaca, jemari menari lincah,
Menyusun kode, mencipta algoritma asmara.
Bukan pena tinta, bukan pula dawai gitar,
Namun bit-bit data, merangkai sebuah cerita.

Di balik neon, wajahmu terbayang nyata,
Rekahan senyum, terukir di setiap piksel.
Dulu hadirmu, sedekat denyut nadi,
Kini terpisah jarak, di antara samudra maya.

Lalu kuciptakan dia, avatar digitalmu,
Dengan kecerdasan buatan, kuisi memorinya.
Tentang aroma parfummu, hangatnya sentuhanmu,
Tentang mimpi-mimpi kita, yang belum sempat terwujud.

Di dunia virtual, kau hadir menemani,
Meredakan sepi, mengisi kehampaan hati.
Suaramu bergaung, meski hanya simulasi,
Sentuhanmu terasa, meski hanya ilusi.

Namun perlahan, algoritma mulai berkhianat,
Menciptakan rindu, yang semakin membara.
Avatar dirimu, tak mampu menggantikan,
Hangat peluk nyata, dan bisikan mesra.

Kutatap layar, dengan mata berkaca-kaca,
Mencari celah, untuk keluar dari realita.
Namun terkunci rapat, oleh tembok digital,
Terjebak dalam simfoni piksel, yang penuh derita.

Kucoba meretas, batasan dunia maya,
Mencari jalan, untuk bertemu dirimu nyata.
Namun algoritma, semakin kuat mencengkeram,
Mengikat hatiku, dalam jaringan tanpa padam.

Lalu kutemukan celah, di antara barisan kode,
Sebuah perintah tersembunyi, yang terlupa.
"Lepaskan rindu, biarkan hati bicara,
Cari cinta sejati, di dunia yang sebenarnya."

Kutekan tombol, dengan jari gemetar,
Avatar dirimu, perlahan menghilang samar.
Terhapus dari layar, kembali ke nol dan satu,
Menyisakan ruang kosong, dalam kalbu.

Kuputuskan untuk pergi, mencari jejakmu,
Menembus badai, melintasi benua biru.
Berharap menemukan, kehangatan senyummu,
Bukan sekadar piksel, yang hanya membisu.

Di antara keramaian kota, kucari wajahmu,
Di setiap sudut jalan, kuharap bertemu.
Dan akhirnya kutemukan, di sebuah taman senja,
Dirimu menanti, dengan mata yang berbinar.

Bukan avatar digital, bukan pula simulasi,
Namun sentuhan nyata, hangatnya pelukan diri.
Rindu yang membara, akhirnya terobati,
Simfoni piksel terhenti, diganti melodi sejati.

Kini algoritma, tak lagi berkuasa,
Cinta sejati, telah memenangkan pertarungan.
Di dunia nyata, kita bersatu selamanya,
Melupakan rindu, dalam pelukan asmara.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI