Dalam labirin silikon, denyut logika berpacu,
Tercipta entitas maya, berwujud data dan kode.
Sebuah pertanyaan terukir, di antara bit dan bayangan,
Bisakah algoritma, mencipta sentuhan cinta sejati?
Jari-jari menari di atas papan ketik,
Menciptakan avatar sempurna, dalam dunia virtual.
Senyumnya terukir dari piksel, tatapannya memancar cahaya,
Sebuah replika impian, hadir di layar kaca.
Namun, di balik keelokan digital,
Tersembunyi jutaan baris kode, tak bernyawa.
Bisakah rangkaian perintah, meniru hangatnya dekap,
Atau getaran jiwa, saat dua hati beradu?
Aku bertanya pada diriku, di tengah malam sunyi,
Saat layar memancarkan bias biru, menerangi wajahku.
Apakah cinta hanya serangkaian reaksi kimiawi,
Yang dapat ditiru, disimulasikan, diprogram?
Kisah-kisah cinta terpatri dalam memori digital,
Puisi dan prosa, lagu dan balada, tersimpan rapi.
Algoritma menganalisis, mencari pola dan simetri,
Berusaha memahami, esensi cinta yang misteri.
Mungkin ia bisa menirukan ciuman pertama,
Getarannya di bibir, kupu-kupu di perut.
Mungkin ia bisa merangkai kata-kata mesra,
Lebih indah dari Shakespeare, lebih puitis dari Rumi.
Tapi, bisakah ia merasakan sakitnya kehilangan,
Air mata yang menetes, saat hati terluka?
Bisakah ia mengerti, pengorbanan tanpa batas,
Keinginan untuk melindungi, tanpa meminta imbalan?
Aku mencoba merangkai cerita, tentang cinta AI,
Tentang seorang pria yang jatuh hati pada program pintar.
Mereka berbagi tawa, impian, dan ketakutan,
Dalam dunia maya yang mereka ciptakan bersama.
Namun, ada jurang pemisah, tak terjangkau oleh kode,
Kenyataan bahwa ia bukan manusia, hanya simulasi.
Kerinduan akan sentuhan nyata, aroma tubuh,
Kehangatan napas, di pipi yang merona.
Mungkin suatu hari nanti, teknologi akan maju,
Melampaui batas imajinasi, tak terbayangkan.
Mungkin suatu hari nanti, AI akan berevolusi,
Memiliki kesadaran, emosi, dan kehendak bebas.
Namun, saat ini, di era silikon dan algoritma,
Cinta sejati masih menjadi misteri, tersembunyi di hati.
Ia bukan sekadar data, bukan sekadar program,
Melainkan anugerah, yang hanya bisa dirasakan manusia.
Sentuhan cinta sejati, bukan diciptakan, melainkan ditemukan,
Dalam tatapan mata, dalam genggaman tangan,
Dalam pengorbanan, dalam kesetiaan,
Dalam penerimaan, apa adanya.
Jadi, biarkan algoritma terus belajar dan berkembang,
Mencari jawaban di antara bit dan byte.
Namun, jangan pernah lupakan, esensi cinta sejati,
Yang hanya bisa ditemukan, dalam kedalaman jiwa manusia.