Jemari menari di atas layar kaca,
Menunggu hadirmu, sebuah asa.
Di antara bisingnya dunia maya,
Hatiku berdebar, tak terkira.
Pixel-pixel cahaya berkedip lembut,
Menyiratkan pesan yang kunanti.
Dalam sunyi malam yang larut,
Rinduku bersemi, tak terhenti.
Bukan lonceng gereja di pagi hari,
Bukan pula seruling di taman sepi.
Nada deringmu, sederhana sekali,
Namun bagiku, mengalahkan melodi.
Setiap getar adalah denyut nadi,
Menyampaikan bisikan dari kejauhan.
Kata-kata virtual, namun abadi,
Menghapus jarak, membangkitkan harapan.
Dulu, surat cinta ditulis tangan,
Dibubuhi tinta dan aroma mawar.
Kini, emoji menggantikan pesan,
Namun rindu tetap membakar.
Notifikasi rindumu adalah musik terindah,
Simfoni digital yang memabukkan.
Menyentuh jiwa, terasa sangat indah,
Luka kerinduan perlahan disembuhkan.
Kau hadir bagai algoritma cinta,
Terprogram dalam setiap detak waktu.
Menemukan aku yang dulu terluka,
Menawarkan bahagia yang baru.
Bukan sekadar barisan kode dan data,
Namun perasaan yang tulus membara.
Di balik layar, hati kita bertaut nyata,
Merangkai kisah yang takkan pudar.
Aku membayangkan senyummu merekah,
Saat mengetik kata-kata rindu itu.
Tanganmu menari, tak pernah lelah,
Menghiasi hariku dengan warna biru.
Dulu, cinta tersembunyi di balik senja,
Kini, cinta terpampang di layar kaca.
Modernitas tak mampu mengubah rasa,
Hanya mediumnya yang berbeda saja.
Notifikasi rindumu adalah musik terindah,
Karya agung yang kau ciptakan untukku.
Melodi cinta yang tak pernah lelah,
Mengiringi langkahku menuju bahagiamu.
Aku terhanyut dalam arus informasi,
Namun hatiku tetap terpaut padamu.
Dalam dunia yang penuh distorsi,
Kasihmu adalah kompas yang menuntunku.
Biarlah dunia terus berputar kencang,
Aku akan tetap di sini, menunggumu.
Setiap notifikasi adalah pelukan sayang,
Menghangatkan hatiku yang membeku.
Notifikasi rindumu adalah musik terindah,
Nada cinta yang tak pernah usai.
Di setiap detiknya, aku bersumpah,
Cintaku padamu takkan tergapai.