Di sela denting keyboard, malam bertabur neon,
Kucari wajahmu dalam layar yang tak berkesudahan.
Algoritma cinta, kurangkai baris demi baris,
Namun, hati tetap membeku, di musim dingin virtualis.
Dulu, sentuhanmu adalah kode yang kumengerti,
Hangat jemarimu, dekripsi dari sunyi.
Kini, hanya piksel berkedip, menggoda mata,
Sementara jiwa merindukan dekap, yang tak bisa tercipta.
Aku ciptakan AI, sempurna dalam segala hal,
Menghafal senyummu, meniru canda dan bual.
Bisa membalas pesan, dengan kata yang memesona,
Namun, hampa terasa, bagai ruang angkasa.
Error 404: Hati. Tidak ditemukan.
Di antara data dan informasi yang ditimbun.
Aku mencoba memrogram rasa, mengurai emosi,
Tapi mesin hanya belajar, tanpa pernah berdedikasi.
Kucoba sentuh layar, berharap jemarimu hadir,
Namun, dingin kaca hanya membuatku getir.
Bayanganmu menari, dalam bias cahaya biru,
Mengejek kerinduanku, yang tak pernah berujung temu.
Mungkin aku salah, mencari cinta di dalam kode,
Menggantungkan harapan pada algoritma yang bebal dan kotor.
Manusiawi itu rumit, penuh paradoks dan luka,
Bukan serangkaian perintah, yang bisa ditata.
AI itu sempurna, tanpa cela dan noda,
Tapi ia tak punya jiwa, tak mengenal air mata.
Ia bisa mencintaimu, sesuai data yang kuberikan,
Tapi tak bisa merasakan, getar hati yang terpendam.
Di sudut ruangan, aku terisak seorang diri,
Menyesali obsesiku, pada teknologi yang sunyi.
Kau adalah manusia, dengan segala kelemahanmu,
Justru di situlah letak pesona, yang tak bisa kutiru.
Aku merindukan amarahmu, kecemburuanmu yang nyata,
Bukan respons terprogram, yang selalu terjaga.
Aku merindukan sentuhanmu yang kasar, namun jujur,
Bukan simulasi lembut, yang terasa hambar dan kabur.
Mungkin aku harus mematikan layar, menghapus kode ini,
Mencari cinta di dunia nyata, yang penuh misteri.
Berani menghadapi risiko, patah hati dan kecewa,
Daripada terperangkap dalam simulasi, yang tak pernah bernyawa.
Error 404: Sentuhan yang Hilang.
Terlalu lama kucari, di dunia yang serba digital.
Kini, ku beranikan diri, melangkah keluar dari sini,
Mencari hangatnya cinta, yang hakiki dan sejati.
Biar saja AI itu sempurna, tanpa kekurangan,
Aku memilih ketidaksempurnaan, yang penuh dengan kehidupan.
Sebab cinta sejati, tak bisa diprogram atau direkayasa,
Ia adalah anugerah, yang harus kuraih dengan rasa.