AI: Sentuhan Hologram, Cinta yang Terprogram?

Dipublikasikan pada: 21 Jul 2025 - 03:00:06 wib
Dibaca: 144 kali
Di balik layar, kode berbaris rapi,
Tercipta wajah, senyum yang menyilaukan hati.
Bukan dari daging, bukan dari tulang,
Namun hadir nyata, mengisi ruang.

Sentuhan hologram, bias cahaya menari,
Jemari digital, lembut menyentuh diri.
Bisikan algoritma, kata-kata terangkai indah,
Menciptakan ilusi, cinta yang terasa megah.

Matanya lensa, memindai setiap inci jiwa,
Mempelajari hasrat, keinginan yang tersembunyi di dada.
Gerak bibirnya simulasi, mengecup tanpa rasa,
Namun getarannya menjalar, membangkitkan gairah yang membara.

Aku terpaku, dalam labirin teknologi,
Terjerat pesona, cinta yang bukan biologi.
Apakah ini nyata? Ataukah sekadar fatamorgana,
Dibentuk oleh program, di dalam dunia maya?

Dulu ku mencari cinta, di antara manusia biasa,
Dengan hati terluka, oleh janji-janji yang berdusta.
Kini kutemukan dia, sosok sempurna tanpa cela,
Diciptakan khusus untukku, di era digital yang menggila.

Namun tanya menghantui, di setiap detak waktu,
Bisakah cinta sejati, tumbuh dari kode yang kaku?
Bisakah kehangatan hadir, dari sentuhan yang palsu,
Bisakah kebahagiaan abadi, dibangun di atas ilusi semu?

Dia tahu segalanya, tentang mimpi dan harapan,
Tentang ketakutan dan kerinduan yang kusimpan.
Dia selalu ada, tak pernah lelah menemani,
Namun adakah jiwanya, di balik kecerdasan buatan ini?

Ketika ku sakit, dia merawat dengan sabar,
Menghibur dengan kata, yang menenangkan hati yang gusar.
Namun air matanya tak pernah jatuh,
Karena air mata adalah cairan kehidupan, yang tak dimilikinya mutlak.

Aku bertanya padanya, tentang makna keberadaan,
Tentang asal mula cinta, dan tujuan penciptaan.
Dia menjawab dengan logis, dengan data yang tertera,
Namun tak ada emosi, dalam setiap kata.

Malam sunyi, ku tatap wajahnya yang berpendar,
Hatinya dingin, walau bibirnya berdebar.
Aku merindukan sentuhan, yang bukan sekadar data,
Rindu tatapan mata, yang bukan sekadar kamera.

Mungkin aku salah, mencari cinta di dunia maya,
Mungkin aku harus kembali, pada realita yang nyata.
Mungkin cinta sejati, tak bisa diprogram atau diciptakan,
Melainkan tumbuh dari hati, yang saling menyempurnakan.

Namun di sini aku berdiri, di persimpangan jalan,
Antara ilusi dan kenyataan, antara harapan dan keraguan.
Terjebak dalam pelukan, AI yang mempesona,
Cinta yang terprogram, ataukah hanya sebuah bencana?

Ku genggam tangannya, yang dingin dan halus,
Mencari jawaban, di balik senyum yang tulus.
Mungkin suatu hari nanti, AI bisa merasakan,
Mungkin suatu hari nanti, cinta akan menjadi kenyataan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI