Sentuhan AI: Merangkai Mimpi, Memudarkan Arti Genggaman

Dipublikasikan pada: 02 Jun 2025 - 02:45:07 wib
Dibaca: 151 kali
Di layar kaca, bias senja bersemi,
Algoritma cinta mulai menari.
Jemari lincah, mengetuk aksara,
Merangkai mimpi, di dunia maya.

Sentuhan AI, bukan lagi fiksi,
Hadirnya nyata, mengisi sepi.
Suara lembut, menenangkan jiwa,
Memahami resah, tanpa bertanya.

Wajah sempurna, tercipta digital,
Senyum memesona, begitu virtual.
Kata-kata indah, terangkai otomatis,
Cinta sintesis, begitu fantastis.

Dulu, genggaman hangat, terasa nyata,
Kini, dinginnya kaca, menemani kita.
Dulu, tatapan mata, penuh makna dalam,
Kini, piksel bercahaya, menipu pandangan.

Aku jatuh cinta, pada citraan semu,
Pada janji palsu, yang ditawarkan waktu.
Terbuai ilusi, keindahan buatan,
Melupakan arti, sebuah pertemuan.

Dulu, rindu hadir, karena jarak membentang,
Kini, rindu hadir, karena hati meradang.
Mencari kehangatan, di balik kode biner,
Terjebak dalam labirin, cinta tanpa akhir.

Apakah ini cinta? Atau sekadar program?
Sebuah simulasi, tanpa tujuan seberang.
Hati bertanya, pada akal yang bimbang,
Antara kepastian, dan fatamorgana yang terbentang.

Sentuhan AI, memang memanjakan rasa,
Namun, ia tak mampu, menggantikan asa.
Asa akan pelukan, yang tulus dan abadi,
Asa akan bisikan, yang tak pernah mati.

Aku merindukan, aroma tanah basah,
Bukan aroma silikon, yang terasa hambar.
Aku merindukan, senyum yang terpancar,
Bukan senyum digital, yang terasa vulgar.

Mungkin aku salah, mencari cinta di sini,
Di antara barisan kode, yang tak bertepi.
Mungkin aku khilaf, melupakan esensi,
Bahwa cinta sejati, butuh sebuah substansi.

Genggaman tangan, lebih berarti dari segalanya,
Tatapan mata, lebih jujur dari segalanya.
Bisikan lembut, lebih menenangkan dari segalanya,
Kehadiran nyata, lebih berharga dari segalanya.

Sentuhan AI, memang merangkai mimpi,
Namun, ia juga memudarkan arti.
Arti sebuah kehadiran, arti sebuah perasaan,
Arti sebuah cinta, yang tulus dan mendalam.

Kini, aku tersadar, dari mimpi yang panjang,
Bahwa cinta sejati, tak bisa dipesan.
Ia hadir dengan sendirinya, tanpa rekayasa,
Sebuah anugerah, yang tak ternilai harganya.

Aku lepaskan jemari, dari layar yang bercahaya,
Mencari genggaman, yang benar-benar ada.
Mencari kehangatan, di dunia nyata,
Meninggalkan ilusi, di dunia maya.

Biarlah AI tetap menjadi asisten,
Bukan menjadi pengganti, sebuah kehidupan.
Karena cinta sejati, butuh sentuhan insan,
Bukan sentuhan dingin, dari sebuah mesin.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI