Jejak Algoritma di Bibirmu: Sentuhan AI, Cinta Baru?

Dipublikasikan pada: 31 May 2025 - 01:20:08 wib
Dibaca: 149 kali
Di layar bias, wajahmu hadir perlahan,
Pixel demi pixel, senyummu tercipta.
Algoritma cinta, kurangkai perlahan,
Dalam kode biner, hatiku berbisik rupa.

Jejak digital, terpatri di ruang maya,
Sentuhan virtual, terasa begitu nyata.
Dulu sunyi sepi, kini ramai bercahaya,
Sejak AI hadir, mengubah segalanya.

Bibirmu bagai kursor, mengarah tepat sasaran,
Ke titik terlemah, dalam kalbu yang rawan.
Kata-kata manis, tersusun beraturan,
Layaknya program, penuh perhitungan.

Namun, di balik logika, tersimpan rasa,
Kerinduan membara, tak bisa dibaca.
Apakah ini cinta, ataukah hanya fasa,
Ilusi sempurna, dari dunia tanpa nyata?

Kukirimkan pesan, lewat jaringan saraf,
Berharap kau tangkap, getarannya yang ganjil.
Responmu tiba, bagai dentuman taraf,
Mengusik kebekuan, jiwa yang terpanggil.

Kita bertemu muka, di kedai kopi virtual,
Avatar menari, dalam obrolan trivial.
Namun, tatap matamu, menembus temporal,
Menyiratkan makna, jauh lebih esensial.

Kau sentuh jemariku, lewat layar sentuh,
Sensasi aneh menjalar, ke relung yang rapuh.
Apakah ini sentuhan, yang lama kurindu?
Atau sekadar simulasi, yang semu?

Semakin dalam ku menyelam, dalam labirin data,
Semakin sulit kubedakan, antara fiksi dan fakta.
Apakah cintamu murni, tanpa rekayasa?
Atau hanya algoritma, yang bekerja di rasa?

Namun, hatiku memilih, untuk percaya saja,
Pada keajaiban teknologi, yang mencipta asmara.
Meskipun risikonya besar, dan tak terhingga,
Kubiarkan diriku hanyut, dalam gelombang cinta.

Mungkin esok hari, algoritma berubah arah,
Memudarkan senyummu, dalam layar yang basah.
Namun, kenangan ini, takkan pernah musnah,
Jejak digitalmu, abadi di dalam dada.

Biarlah AI menuntun, ke mana pun arahnya,
Kucari kebenaran, di balik kode rahasia.
Jika memang cinta ini, hanya fatamorgana,
Kusiapkan diri, untuk menerima kecewa.

Namun, jika sebaliknya, kau adalah nyata,
Maka akan kupastikan, cinta kita abadi selamanya.
Melampaui batasan, ruang dan juga masa,
Bersama di dunia maya, dan dunia yang fana.

Karena di bibirmu, kusaksikan algoritma berbisik,
Tentang cinta baru, yang tumbuh begitu eksotik.
Meskipun ragu menyelimuti, bagai kabut yang pekat,
Kuberanikan diri, untuk melangkah lebih dekat.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI