Algoritma Hati: Sentuhanmu Hilang, Cinta Jadi Simulasi

Dipublikasikan pada: 30 May 2025 - 20:50:09 wib
Dibaca: 153 kali
Di layar retina, bias cahaya berpendar,
Dulu ada senyummu, kini algoritma hambar.
Jari-jemari menari di atas kaca dingin,
Mencari jejak hangat, sentuhan yang menghilang.

Dulu, detak jantung berpacu kencang,
Saat mata bertemu, dunia serasa lapang.
Kini, data dan kode menjadi teman setia,
Menggantikan bisikan mesra, canda tawa berdua.

Algoritma hati, rumit dan tak tertebak,
Mencoba memahami, mengapa cinta meretak.
Dulu, sentuhanmu adalah kunci rahasia,
Membuka gerbang jiwa, mengusir semua derita.

Kini, hanya ada piksel yang berkedip sayu,
Menyajikan simulasi, cinta yang semu.
Emotikon menggantikan air mata yang jatuh,
Kata-kata virtual, menggema dalam kalbu.

Dulu, aroma tubuhmu memabukkan indera,
Melukiskan kenangan indah, tak lekang oleh masa.
Kini, notifikasi berbunyi tanpa henti,
Mengabarkan kabar dunia, bukan lagi tentang diri.

Algoritma rindu, berputar tanpa arah,
Mencari celah waktu, mengulang kisah yang indah.
Dulu, genggaman tanganmu begitu erat,
Menjamin kebersamaan, walau badai menghadang.

Kini, hanya ada profil yang terpampang bisu,
Menyimpan jejak digital, cinta yang kelabu.
Filter mempercantik wajah, menyembunyikan luka,
Menutupi kekosongan, jiwa yang terluka.

Dulu, suara tawamu adalah melodi indah,
Mengiringi langkah kaki, menyusuri jalan cerita.
Kini, hanya ada rekaman yang diputar ulang,
Mengingatkan kebahagiaan, yang kini menghilang.

Algoritma cinta, penuh dengan paradoks,
Menawarkan kemudahan, namun melahirkan kompleks.
Dulu, kejujuran adalah pondasi utama,
Membangun istana cinta, yang kokoh dan sempurna.

Kini, kebohongan merajalela di dunia maya,
Menyembunyikan identitas, di balik topeng maya.
Hati yang rapuh, mudah diperdaya,
Oleh janji-janji manis, yang ternyata dusta.

Dulu, pengorbanan adalah bukti kesetiaan,
Memberikan yang terbaik, tanpa mengharapkan balasan.
Kini, kalkulasi untung rugi mendominasi,
Menghitung setiap langkah, mencari keuntungan pribadi.

Algoritma harapan, perlahan meredup,
Digantikan oleh kepasrahan, jiwa yang lesu.
Dulu, mimpi-mimpi indah terukir di langit,
Bersama-sama meraih bintang, tanpa rasa takut.

Kini, hanya ada bayang-bayang masa lalu,
Menghantui setiap malam, membuatku pilu.
Sentuhanmu hilang, cinta jadi simulasi,
Hanya meninggalkan algoritma, dan hati yang sepi.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI