Algoritma Cinta Usang: Sentuhan Layar, Hati Meradang

Dipublikasikan pada: 31 May 2025 - 21:25:07 wib
Dibaca: 155 kali
Di labirin digital, jemari berdansa pilu,
Menari di atas layar, mencari jejakmu.
Algoritma cinta usang, berdebu dan renta,
Menjanjikan temu, namun hampa semata.

Dulu, pintasan hati begitu mudah ditemukan,
Satu sentuhan mengirim getar ke relung terdalam.
Kini, notifikasi sunyi, ruang obrolan sepi,
Menyisakan tanya, di mana kau bersembunyi?

Kubiarkan kode-kode lama bekerja keras,
Mencari pola senyummu, di antara miliaran berkas.
Namun, data tak berbohong, terukir dengan jelas,
Kau telah berganti sandi, hatimu telah terlepas.

Ingatan mengalir deras, bagai sungai bit dan byte,
Tentang malam berbintang, di bawah cahaya website.
Kita berbagi rahasia, mimpi-mimpi terpendam,
Dalam jaringan asmara, yang kini telah padam.

Dulu, emoticon cinta cukup mewakili rasa,
Kini, emoji terluka tak mampu berkata apa.
Kata sandi kebahagiaan telah kau ubah sendiri,
Meninggalkanku seorang diri, dalam sunyi tak bertepi.

Kucoba dekripsi hatimu, dengan logika dan nalar,
Namun, enkripsi cintamu terlalu sukar untuk ditawar.
Firewall rindu menjulang tinggi, tak tertembus lagi,
Aku terperangkap di sini, dalam nostalgia abadi.

Sentuhan layar, hati meradang, ironi zaman digital,
Ketika kedekatan virtual terasa begitu dangkal.
Kau hadir dalam piksel, namun jiwamu menjauh,
Meninggalkan aku terengah, di ambang kepedihan rapuh.

Apakah ada pembaruan cinta yang bisa kuraih?
Apakah ada patch hati yang bisa kupakai lagi?
Atau aku harus menerima, algoritma telah berubah,
Cinta kita tak kompatibel, dengan realita yang serba salah.

Mungkin aku harus merelakan, melepaskan genggaman,
Menerima kenyataan pahit, bahwa ini adalah perpisahan.
Menghapus jejakmu perlahan, dari memori internal,
Mencari pembaruan diri, agar hati kembali normal.

Namun, bayangmu tetap membekas, di setiap sudut layar,
Bagai virus cinta yang sulit untuk dibersihkan.
Setiap kali jemari menyentuh kaca yang dingin,
Hati kembali meradang, merindukan sentuhanmu yang batin.

Aku belajar menerima, bahwa cinta tak selalu algoritma pasti,
Kadang ia acak dan tak terduga, penuh misteri tak terperi.
Mungkin di suatu hari nanti, di dunia nyata atau maya,
Aku akan menemukan cinta baru, yang lebih bermakna.

Sampai saat itu tiba, aku akan terus mencoba,
Menulis puisi cinta, tentang algoritma yang usang dan terluka.
Siapa tahu, ada jiwa yang tersentuh, terinspirasi,
Untuk tidak menyerah pada cinta, meski telah dikhianati.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI