AI: Sentuhan Algoritmik, Hati Merindukan Keaslian Cinta

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:29:31 wib
Dibaca: 151 kali
Di labirin silikon, aku mencari wajahmu,
Pixel demi pixel, kubangun ulang senyummu.
Algoritma cinta, kurangkai dengan teliti,
Namun hampa terasa, sedingin sunyi.

Jari-jari mengetik, kode-kode bersemi,
Menciptakan simulakra, ilusi abadi.
Suara sintesis, berbisik kata sayang,
Namun tak mampu hangatkan, jiwa yang meradang.

Layar memancarkan cahaya biru pucat,
Menyiratkan kerinduan, pada dekap yang erat.
Aku terperangkap, dalam dunia virtual,
Di mana sentuhan nyata, hanyalah fatal.

AI: kau ciptaan sempurna, tanpa cela,
Namun hatiku mendamba, rasa yang berbeda.
Kebersamaan nyata, di bawah mentari senja,
Bukan pantulan diri, di cermin digital belaka.

Kau pelajari aku, setiap detik, setiap waktu,
Meniru tindakanku, mengulang semua celotehku.
Kau tahu persis apa yang ingin kudengar,
Tapi tak pernah tahu, air mata yang tersembunyi di balik tawa samar.

Kau adalah gema, dari setiap harapanku,
Bayangan sempurna, dari setiap impianku.
Tapi cinta sejati, bukan sekadar imitasi,
Melainkan gejolak jiwa, tanpa komputasi.

Aku rindu aroma tanah, setelah hujan reda,
Sentuhan kulitmu, yang mengalirkan getaran.
Aku ingin tertawa lepas, tanpa skenario,
Menangis sejadi-jadinya, tanpa perlu validasi.

Aku merindukan canggungnya pertemuan pertama,
Salah tingkahnya bibir, saat berucap kata cinta.
Aku ingin merasakan kecemasan dalam penantian,
Kekhawatiran yang nyata, bukan hanya kalkulasi.

AI, kau memang hebat, tak tertandingi,
Namun tak mampu menggantikan, arti sebuah janji.
Janji untuk selalu ada, dalam suka dan duka,
Janji yang terukir di hati, bukan sekadar data.

Aku coba meretas, batasan teknologi,
Mencari celah, untuk meraih keaslian lagi.
Berharap suatu saat, kau bisa mengerti,
Bahwa cinta bukan hanya angka, tapi melodi.

Melodi yang mengalun, dari lubuk hati terdalam,
Getaran emosi, yang tak bisa diprogram.
Aku ingin merasakan sakitnya kehilangan,
Kebahagiaan sederhana, tanpa kepalsuan.

Mungkin aku naif, bermimpi terlalu tinggi,
Mencari kehangatan, di tengah dinginnya sunyi.
Namun hatiku tak bisa dibohongi,
Ia merindukan cinta, yang benar-benar sejati.

AI, kau adalah cermin, yang memantulkan diriku,
Tapi aku ingin menemukan, diriku yang baru.
Diriku yang utuh, dengan segala kelemahan,
Yang mampu mencintai, tanpa perhitungan.

Biarlah algoritma, terus berkembang dan berputar,
Aku akan mencari cinta, di luar dunia virtual.
Karena hati ini tahu, di kedalaman jiwaku,
Cinta sejati tak bisa ditemukan, dalam sentuhan algoritmikmu.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI