Sentuhan Piksel: Algoritma Jatuh Cinta, Hatikah Korban?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 08:26:21 wib
Dibaca: 161 kali
Di layar kaca, dunia bermula,
Cahaya biru menari di mata.
Algoritma merajut asa,
Pertemuan maya, benih cinta tercipta.

Jari-jemari lincah menari,
Menyusuri ruang tanpa tepi.
Profil terpampang, senyum memikat hati,
Data tersaji, awal sebuah narasi.

Ketik demi ketik, pesan terkirim,
Emotikon mewakili rasa terpendam.
Bahasa digital, tak lagi asing dan kelam,
Namun bisakah ia kalahkan debar dalam diam?

Sentuhan piksel menggoda sukma,
Membangun istana dalam dunia maya.
Janji-janji manis terucap mesra,
Akankah abadi, ataukah hanya sementara?

Algoritma bekerja tanpa lelah,
Mencari kesamaan, menyusun kisah.
Filter demi filter, menampilkan yang indah,
Menyembunyikan luka, getir, dan resah.

Lalu, hati yang tulus bertanya,
Benarkah ini cinta yang sebenarnya?
Atau hanya ilusi semata,
Terjebak dalam jaringan yang tak berdaya?

Semakin dalam, semakin terjerat,
Antara virtual dan nyata, batas memudar.
Kerinduan membuncah, hasrat membakar,
Ingin bertemu, wujudnya dikejar.

Namun, di balik layar yang mempesona,
Tersembunyi realita yang tak terduga.
Persona digital, tak selalu sama,
Dengan sosok di dunia nyata, jauh berbeda.

Topeng terlepas, satu per satu,
Kecewa membayang, pilu menggebu.
Harapan pupus, cinta membatu,
Algoritma berdusta, hatiku terluka begitu.

Apakah aku korban dari sandiwara ini?
Terperangkap dalam jaring virtualisasi.
Memberikan hati sepenuhnya, tanpa berperi,
Pada sosok rekaan, hasil digitalisasi.

Kini, aku berdiri di persimpangan jalan,
Antara menerima ataukah melupakan.
Memungut serpihan hati yang berantakan,
Belajar mencintai dengan lebih berhati-hatian.

Sentuhan piksel, memang menggoda,
Namun jangan biarkan akal terlena.
Cinta sejati tak hanya data dan angka,
Namun rasa tulus yang tak bisa dikira.

Biarlah algoritma terus bekerja,
Mencari pasangan di dunia maya.
Namun, aku akan lebih waspada,
Agar hati tak lagi menjadi korbannya.

Aku akan mencari cinta yang nyata,
Yang terasa dalam sentuhan dan tatapan mata.
Yang tumbuh dalam kebersamaan dan suka duka,
Bukan sekadar algoritma jatuh cinta.

Karena cinta sejati tak butuh kode biner,
Ia hadir dengan sendirinya, murni dan tulus tanpa pamrih.
Ia adalah bahasa hati yang universal dan abadi,
Melampaui batas ruang dan waktu, hingga akhir nanti.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI