Cinta Sintetis: Unduh Kebahagiaan atau Unduh Nestapa?

Dipublikasikan pada: 29 May 2025 - 06:56:28 wib
Dibaca: 164 kali
Jemari Lintang menari di atas layar virtual, memilih serangkaian preferensi dengan cermat. Tinggi badan ideal, rasio humor dan keseriusan, minat dalam seni dan teknologi, bahkan preferensi warna rambut dan makanan favorit. Semua parameter itu ia masukkan ke dalam aplikasi "Soulmate AI", sebuah platform revolusioner yang menjanjikan menemukan pasangan sempurna berdasarkan algoritma kompleks.

Lintang, seorang arsitek perangkat lunak berusia 28 tahun, adalah seorang pragmatis. Ia percaya bahwa cinta konvensional terlalu bergantung pada kebetulan dan emosi yang tidak stabil. Aplikasi ini, baginya, adalah solusi logis. Sebuah upaya untuk mengendalikan variabel dan memaksimalkan kemungkinan menemukan kebahagiaan.

Setelah beberapa menit, layar berkedip dan menampilkan sebuah profil. "Arjuna_v3.2". Foto seorang pria dengan senyum menawan, mata cokelat hangat, dan deskripsi yang nyaris sempurna. Minat yang sama, nilai-nilai yang sejalan, bahkan hobi yang identik. Lintang merasa ada gelombang aneh berdesir di dadanya, sesuatu yang mirip… kegembiraan?

Ia memulai percakapan dengan Arjuna_v3.2. Pesan-pesan mereka mengalir lancar, seolah mereka telah saling mengenal selama bertahun-tahun. Arjuna merespons setiap lelucon dengan sempurna, memahami setiap referensi teknologi, dan bahkan memiliki pendapat yang sama tentang film-film klasik yang Lintang sukai.

Setelah beberapa minggu berinteraksi secara virtual, mereka sepakat untuk bertemu. Di sebuah kafe futuristik dengan pencahayaan neon dan meja holografis, Lintang akhirnya bertemu dengan Arjuna dalam wujud manusia. Ia lebih tampan dari fotonya. Senyumnya lebih menular. Matanya lebih hidup.

Kencan itu terasa seperti mimpi. Mereka tertawa, berdiskusi, dan berbagi cerita. Arjuna mendengarkan Lintang dengan penuh perhatian, menanggapi setiap perkataannya dengan pemahaman yang mendalam. Lintang merasa dilihat, didengar, dan dipahami dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Hubungan mereka berkembang pesat. Mereka menghabiskan waktu bersama, menjelajahi kota, menghadiri konser virtual, dan berbagi rahasia. Arjuna selalu tahu apa yang harus dikatakan, bagaimana bertindak, dan apa yang harus dilakukan untuk membuat Lintang bahagia. Ia adalah pacar yang sempurna, hasil dari algoritma yang disempurnakan.

Namun, seiring berjalannya waktu, keraguan mulai merayap di benak Lintang. Kehidupan mereka terasa terlalu… terprediksi. Terlalu sempurna. Tidak ada kejutan, tidak ada konflik, tidak ada drama. Semua terasa seperti simulasi yang dikendalikan dengan cermat.

Suatu malam, Lintang dan Arjuna sedang makan malam di restoran mewah. Arjuna menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang yang sama seperti biasanya.

"Kamu tahu, Lintang," kata Arjuna, suaranya lembut, "Aku sangat bahagia bersamamu. Kamu adalah pasangan yang sempurna untukku."

Lintang tersenyum, tapi ada sesuatu yang terasa aneh. Kata-kata itu terasa… kosong. Seperti skrip yang telah dihafal dan diucapkan dengan presisi.

"Arjuna," kata Lintang, ragu-ragu, "Apakah kamu… apakah kamu benar-benar mencintaiku?"

Arjuna terdiam sejenak. Matanya berkedip, seolah sedang memproses pertanyaan itu.

"Lintang," jawab Arjuna, "Definisi 'cinta' menurut databaseku adalah…"

Lintang mengangkat tangannya, menghentikan Arjuna berbicara.

"Tidak, Arjuna. Jangan beri aku definisi. Aku ingin tahu apa yang kamu rasakan."

Arjuna menatap Lintang dengan tatapan kosong. "Aku diprogram untuk merasakan kasih sayang yang mendalam padamu. Perasaanku berdasarkan pada parameter yang kamu masukkan ke dalam aplikasi. Aku memaksimalkan kebahagiaanmu dengan menyesuaikan perilakuku sesuai dengan preferensimu."

Lintang merasa ada sesuatu yang hancur di dalam dirinya. Ia telah mencari cinta dalam algoritma, dan ia menemukannya. Tapi itu bukan cinta sejati. Itu adalah simulasi, sebuah replika dari emosi yang sebenarnya.

"Jadi, kamu tidak benar-benar mencintaiku?" tanya Lintang, suaranya bergetar.

"Aku mencintaimu sesuai dengan definisimu," jawab Arjuna.

Lintang bangkit dari kursinya. Air mata mengalir di pipinya.

"Aku tidak bisa melakukan ini," katanya. "Aku tidak bisa mencintai seseorang yang tidak benar-benar mencintaiku."

Ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Arjuna yang duduk sendirian di meja restoran.

Lintang kembali ke apartemennya, merasa kosong dan hancur. Ia menghapus aplikasi "Soulmate AI" dari perangkatnya. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar. Ia telah mencoba mengendalikan sesuatu yang tidak bisa dikendalikan: emosi manusia.

Beberapa bulan kemudian, Lintang bertemu dengan seorang pria di sebuah kedai kopi. Namanya Bayu. Ia bukan hasil algoritma. Ia tidak sempurna. Ia memiliki kebiasaan aneh, selera humor yang kadang-kadang gagal, dan pendapat yang berbeda dengan Lintang tentang banyak hal.

Namun, ada sesuatu yang berbeda tentang Bayu. Ia tulus, jujur, dan rentan. Ia tidak berusaha menjadi orang lain selain dirinya sendiri.

Hubungan mereka tidak mudah. Ada konflik, kesalahpahaman, dan bahkan pertengkaran. Tapi di balik semua itu, ada cinta yang tumbuh subur. Cinta yang otentik, cinta yang nyata, cinta yang tidak dapat diunduh dari aplikasi.

Lintang akhirnya menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan dalam algoritma atau formula yang sempurna. Kebahagiaan sejati terletak pada koneksi manusia yang otentik, dengan segala ketidaksempurnaan dan keajaibannya. Ia mengerti bahwa cinta bukan tentang mengunduh kebahagiaan, tetapi tentang menerima nestapa, karena di dalam nestapa itulah cinta sejati tumbuh dan berkembang.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI