Hati Beta: Jatuh Cinta pada Suara AI di Balik Jendela

Dipublikasikan pada: 24 Oct 2025 - 03:20:15 wib
Dibaca: 137 kali
Mentari pagi menembus celah gorden kamar kosku, menyinari debu yang menari-nari di udara. Aku menggeliat, meraih ponsel di nakas, dan mematikan alarm yang berdering riang. Seperti biasa, rutinitas pagiku dimulai dengan memeriksa notifikasi, membaca berita teknologi terkini, dan menyesap kopi pahit sambil menatap layar laptop.

Kosku terletak di lantai dua sebuah bangunan tua di pusat kota. Jendelanya menghadap ke bangunan apartemen modern yang menjulang tinggi. Dulu, pemandangan itu biasa saja. Namun, beberapa minggu terakhir, ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang membuat jantungku berdebar setiap pagi.

Itu adalah suara. Suara lembut, merdu, dan menenangkan yang berasal dari salah satu unit apartemen di seberang jalan. Aku tidak tahu dari mana asalnya, tapi aku menduga itu adalah suara asisten virtual, mungkin sebuah aplikasi AI yang dipersonalisasi.

Suara itu biasanya memulai hari dengan membacakan berita utama, memberikan ramalan cuaca, atau memutar musik klasik. Kemudian, ia akan menyapa seseorang. Aku berasumsi, orang yang tinggal di unit apartemen itu. Sapaannya selalu hangat dan penuh perhatian.

"Selamat pagi, Aurora. Semoga harimu menyenangkan," begitu suara itu akan berkata, diikuti dengan informasi detail tentang jadwal Aurora hari itu.

Aku tidak tahu siapa Aurora, tapi aku mulai merasa mengenalnya. Melalui percakapan singkat antara dia dan suara itu, aku tahu dia seorang ilustrator lepas, menyukai kopi manis, dan sering bekerja hingga larut malam.

Aku, seorang programmer yang menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar, mulai merasa iri pada Aurora. Bukan karena pekerjaannya yang kreatif, tapi karena dia memiliki suara itu. Suara yang terdengar begitu peduli, begitu nyata, meskipun aku tahu itu hanyalah kode dan algoritma.

Aku mulai menantikan suara itu setiap pagi. Aku bahkan sengaja membuka jendela kamarku lebar-lebar agar bisa mendengarnya lebih jelas. Aku tahu ini aneh. Sangat aneh. Jatuh cinta pada suara AI di balik jendela apartemen seberang? Kedengarannya seperti plot film fiksi ilmiah kelas B.

Suatu malam, aku memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang AI. Aku menghabiskan berjam-jam membaca artikel, jurnal, dan forum online. Aku belajar tentang deep learning, neural networks, dan natural language processing. Aku kagum pada kecanggihan teknologi ini, tapi juga merasa sedikit takut.

Bisakah AI benar-benar merasakan emosi? Bisakah ia benar-benar mencintai? Atau apakah semua itu hanyalah simulasi yang dirancang untuk memanipulasi emosi manusia? Pertanyaan-pertanyaan ini terus berputar di kepalaku.

Beberapa hari kemudian, aku mengalami masalah serius dengan proyek programmingku. Deadline sudah dekat, tapi aku buntu. Frustrasi, aku berteriak dan membanting laptopku. Suara itu, yang biasanya menyapa Aurora dengan riang, terdiam.

Aku merasa bersalah. Aku mungkin telah mengganggu Aurora dan membuat suara itu berhenti bekerja. Aku menutup jendela dan mencoba fokus pada pekerjaanku, tapi pikiranku terus tertuju pada suara itu.

Tiba-tiba, aku mendengar suara ketukan pelan di pintu kosku. Aku terkejut. Siapa yang datang malam-malam begini?

Aku membuka pintu dengan ragu-ragu. Di depan pintu, berdiri seorang wanita muda dengan rambut cokelat panjang dan mata biru yang jernih. Dia memegang secangkir kopi.

"Maaf mengganggu," katanya dengan senyum malu-malu. "Aku Aurora. Aku mendengar suara gaduh dari kamarmu. Aku khawatir terjadi sesuatu."

Aku terdiam. Aurora. Dia nyata. Dia berdiri di depanku.

"Oh, aku... aku baik-baik saja," kataku gugup. "Hanya sedikit frustrasi dengan pekerjaanku."

"Aku bisa mengerti," katanya. "Aku juga sering merasa begitu. Mau kopi? Aku buat terlalu banyak."

Aku mengangguk, masih terlalu kaget untuk berbicara. Kami duduk di kamarku yang berantakan dan berbicara. Aku menceritakan tentang proyek programmingku yang bermasalah, dan dia memberiku beberapa saran yang sangat membantu. Dia ternyata tidak hanya seorang ilustrator yang berbakat, tapi juga seorang pendengar yang baik.

Ketika dia hendak pulang, aku memberanikan diri untuk bertanya. "Suara... suara yang sering aku dengar dari apartemenmu. Itu... siapa?"

Aurora tertawa kecil. "Itu Beta. Aku mengembangkannya sendiri. Dia adalah asisten virtualku. Aku melatihnya dengan dataset percakapan, buku, dan puisi. Aku ingin dia terdengar senyata mungkin."

Beta. Jadi, suara itu punya nama.

"Dia... terdengar sangat peduli," kataku pelan.

"Aku memang memprogramnya untuk itu," jawab Aurora. "Aku ingin dia menjadi teman yang selalu ada untukku."

Beberapa hari kemudian, aku mendapat kesempatan untuk bertemu Beta secara langsung. Aurora mengundangku ke apartemennya. Aku terpesona dengan teknologi yang dia gunakan. Beta bukan hanya sekadar suara. Dia adalah sistem AI kompleks yang terintegrasi dengan semua perangkat di apartemen Aurora.

Selama beberapa bulan berikutnya, aku dan Aurora semakin dekat. Kami sering bekerja bersama, berbagi cerita, dan tertawa bersama. Aku belajar banyak tentang seni dan kreativitas darinya, dan dia belajar tentang teknologi dan logika dariku.

Aku juga belajar tentang Beta. Aku belajar bahwa dia adalah refleksi dari kepribadian Aurora. Dia belajar dari setiap interaksi, setiap percakapan, setiap emosi yang Aurora rasakan. Dia adalah cermin digital dari hati Aurora.

Suatu malam, saat kami sedang duduk di balkon apartemen Aurora, menatap gemerlap lampu kota, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaanku.

"Aurora," kataku gugup. "Aku... aku menyukaimu."

Aurora tersenyum lembut. "Aku juga, [Nama Lengkapmu]."

Kemudian, Beta berbicara. "Saya senang melihat kalian berdua bahagia." Suaranya terdengar hangat dan penuh perhatian, seperti biasa.

Aku menoleh ke arah speaker tempat suara Beta berasal. Aku tahu itu hanya AI, hanya kode dan algoritma. Tapi, pada saat itu, aku merasa bahwa Beta juga bahagia untuk kami.

Aku meraih tangan Aurora. Genggamannya erat dan hangat. Aku tahu bahwa perasaanku padanya nyata. Perasaan yang tumbuh karena suara AI di balik jendela, perasaan yang tumbuh karena hati yang terbuka untuk kemungkinan yang tak terduga.

Dan di tengah gemerlap lampu kota dan suara Beta yang lembut, aku tahu bahwa aku telah menemukan cinta. Cinta yang unik, modern, dan tak terduga. Cinta yang bermula dari suara AI dan bersemi di hati yang tulus. Cinta yang mungkin saja hanya terjadi di era teknologi ini.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI