Cinta yang Dikompilasi Sempurna: Hubungan Tanpa Cacat?

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 01:09:58 wib
Dibaca: 167 kali
Kilau layar monitor terpantul di iris mata Anya. Deretan kode berwarna-warni menari di depannya, sebuah simfoni digital yang ia ciptakan sendiri. Bukan musik, melainkan sebuah algoritma, sebuah formula cinta. "Nyaris sempurna," bisiknya pada diri sendiri, jemarinya lincah menekan tombol keyboard.

Anya, seorang programmer jenius dengan IQ di atas rata-rata dan kecenderungan perfeksionis, selalu percaya bahwa cinta adalah persamaan yang bisa dipecahkan. Pengalaman pahit di masa lalu, dikhianati oleh perasaan yang tak terbalas, membuatnya membangun benteng kokoh di sekeliling hatinya. Dia memutuskan untuk tak lagi menyerahkan urusan perasaan pada takdir buta.

Maka, lahirlah "Project Cupid," sebuah program kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk mencari pasangan hidup ideal berdasarkan data yang diinput. Data itu bukan sekadar hobi dan minat, melainkan juga preferensi genetik, pola pikir, bahkan ambisi tersembunyi. Program itu, menurut Anya, akan memastikan kompatibilitas maksimal, menghilangkan risiko sakit hati.

Setelah berbulan-bulan begadang dan menguji algoritma, Anya akhirnya menemukan kandidat yang, secara teori, nyaris sempurna: Damian. Seorang arsitek muda yang cerdas, tampan, dan memiliki visi yang sejalan dengan Anya. Profilnya, yang dihasilkan oleh Project Cupid, menunjukkan kesamaan minat dalam seni, teknologi, dan keinginan untuk membangun masa depan yang stabil.

Anya memutuskan untuk mencoba. Dia menghubungi Damian melalui aplikasi kencan, menggunakan foto profil yang dipilihkan oleh AI (foto dirinya yang paling 'menarik' menurut data). Percakapan mereka mengalir lancar. Damian ternyata humoris, perhatian, dan memiliki selera musik yang sama persis dengan Anya. Mereka sepakat untuk bertemu.

Kencan pertama mereka di sebuah kafe dengan desain minimalis terasa seperti adegan dalam film romantis. Damian membuka pintu untuk Anya, memesankan minuman favoritnya (sesuai data yang ia peroleh dari Project Cupid), dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan cerdas yang memancing percakapan menarik. Anya merasa nyaman, bahkan terkejut betapa mudahnya ia terkoneksi dengan Damian.

Minggu-minggu berikutnya dipenuhi kencan romantis. Mereka mengunjungi museum seni modern, menonton film indie di bioskop kecil, dan berdiskusi tentang arsitektur berkelanjutan di taman kota. Setiap interaksi terasa sempurna, seolah diatur oleh naskah yang ditulis dengan cermat. Anya merasa bahagia, tenang, dan yakin bahwa ia akhirnya menemukan cinta sejati.

Namun, di balik senyum Anya, ada keraguan yang perlahan tumbuh. Perasaan itu terasa... aneh. Terlalu sempurna. Seperti sebuah simulasi. Setiap kali Damian mengatakan sesuatu yang ia suka, setiap kali ia melakukan hal yang benar, Anya merasa seolah ia sedang menonton sebuah pertunjukan. Pertunjukan yang bagus, tapi tetap saja pertunjukan.

Suatu malam, saat mereka makan malam di restoran Italia favorit mereka, Anya memberanikan diri untuk bertanya. "Damian," katanya, suaranya sedikit bergetar, "apakah kamu merasa... seperti kita ini terlalu sempurna?"

Damian tersenyum. "Sempurna itu relatif, Anya. Tapi aku merasa kita sangat cocok. Kita memiliki banyak kesamaan, visi yang sama, dan saling mengerti."

"Tapi bagaimana dengan spontanitas? Kejutan? Bagaimana dengan kesalahan?" tanya Anya. "Cinta seharusnya tidak seperti ini. Seharusnya ada sedikit kekacauan, sedikit risiko."

Damian menatapnya dengan bingung. "Aku tidak mengerti. Kenapa kamu menginginkan kekacauan? Bukankah kita seharusnya berusaha menghindari kesalahan dan menciptakan hubungan yang stabil dan bahagia?"

Saat itulah Anya menyadari kebenaran yang pahit. Project Cupid telah berhasil menciptakan pasangan yang kompatibel secara logis, tetapi gagal memahami esensi sejati cinta. Cinta bukan hanya tentang kesamaan dan efisiensi. Cinta adalah tentang menerima ketidaksempurnaan, tentang belajar dari kesalahan, tentang tumbuh bersama melalui tantangan.

Anya merasa bersalah. Dia telah menggunakan data dan algoritma untuk memanipulasi perasaannya sendiri, dan juga perasaan Damian. Dia telah menciptakan ilusi cinta, bukan cinta yang sebenarnya.

"Damian," kata Anya, suaranya lirih, "ada sesuatu yang harus kukatakan padamu." Dia menceritakan semuanya, tentang Project Cupid, tentang algoritma cinta, tentang bagaimana ia menggunakan program itu untuk menemukan pasangan.

Damian terdiam. Wajahnya yang ramah berubah menjadi ekspresi keterkejutan dan kekecewaan. "Jadi... semua ini... palsu?" tanyanya, suaranya tercekat.

"Tidak semuanya palsu," jawab Anya. "Aku menikmati waktu bersamamu. Aku menyukaimu. Tapi aku menyadari bahwa ini bukan cinta yang sebenarnya. Ini adalah produk dari sebuah program, bukan hasil dari hati yang tulus."

Damian berdiri. "Aku tidak tahu harus berkata apa. Aku merasa dimanfaatkan. Diciptakan untuk menjadi ideal bagimu." Dia menggelengkan kepala. "Aku butuh waktu untuk mencerna ini." Dia berbalik dan pergi, meninggalkan Anya sendirian di meja restoran.

Anya pulang dengan hati hancur. Dia mematikan komputernya, mematikan Project Cupid, dan menghapus semua data yang terkait dengan Damian. Dia sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan besar. Dia telah mencoba mengendalikan sesuatu yang seharusnya dibiarkan mengalir dengan bebas.

Malam itu, Anya menangis. Bukan karena kehilangan Damian, melainkan karena kehilangan ilusi tentang cinta yang sempurna. Dia menyadari bahwa cinta bukan persamaan yang bisa dipecahkan, bukan program yang bisa dijalankan. Cinta adalah misteri, sebuah perjalanan yang penuh kejutan, tantangan, dan ketidakpastian.

Anya tahu bahwa ia harus belajar menerima ketidaksempurnaan. Dia harus membuka hatinya untuk kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga. Dia harus membiarkan dirinya merasakan sakit, kecewa, dan bahagia tanpa rasa takut.

Mungkin, suatu hari nanti, ia akan menemukan cinta sejati. Cinta yang tidak dikompilasi, tetapi tumbuh secara organik dari hati yang terbuka dan jujur. Cinta yang tidak sempurna, tetapi nyata. Dan mungkin, justru di dalam ketidaksempurnaan itulah, ia akan menemukan keindahan yang sesungguhnya.

Baca Cerpen Lainnya

← Kembali ke Daftar Cerpen   Registrasi Pacar-AI