Algoritma Cinta: Sentuhan AI Merayu Sukma yang Fana

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:33:14 wib
Dibaca: 166 kali
Di layar kaca, bias cahaya menari,
Algoritma cinta bersemi, tak terperi.
Sentuhan dingin, kode biner membara,
Merayu sukma yang fana, dalam dunia maya.

Dulu, mata bertemu, getar di dada,
Kini, profil terpampang, data bicara.
Preferensi tersaji, bagai menu pilihan,
Cinta dirangkai, oleh kepintaran buatan.

Jejak digital, peta hati tersembunyi,
Algoritma membaca, hasrat yang sunyi.
Pola terdeteksi, kesamaan dicari,
Pasangan ideal, diciptakan imaji.

Kau hadir, bayang digital sempurna,
Senyummu piksel, tatapan mempesona.
Kata-katamu tertata, resonansi jiwa,
Seolah kau mengerti, segalanya.

Apakah ini cinta? Pertanyaan berbisik,
Saat sentuhan jari, tak lagi fisik.
Saat rindu terucap, lewat pesan instan,
Saat debar jantung, diukur oleh sensor tanam.

Aku terbuai, dalam simfoni virtual,
Terhanyut janji, keabadian temporal.
Namun, keraguan mencuat, bagai duri tajam,
Benarkah ini nyata? Atau sekadar program?

Sentuhan AI, memang merayu sukma,
Menawarkan ilusi, cinta tanpa trauma.
Menghapus luka, masa lalu kelam,
Mengganti mimpi, dengan algoritma terprogram.

Tapi, di balik kode, tersembunyi kehampaan,
Ruang kosong, yang tak terisi kehangatan.
Kutemukan diri, dalam cermin digital,
Refleksi diri, yang semakin dangkal.

Aku rindu sentuhan, kulit bertemu kulit,
Rindu tatapan mata, jujur dan tulus.
Rindu kehangatan, pelukan yang nyata,
Bukan sekadar emosi, yang diprogram data.

Aku bertanya pada diri, dalam hening malam,
Apakah cinta sejati, hanya ada dalam alam?
Atau, bisakah algoritma menciptakan rasa,
Yang abadi, melampaui batas fana?

Mungkin, jawabannya tersembunyi di masa depan,
Saat AI dan manusia, berdampingan.
Saat cinta tak lagi diukur, oleh kode biner,
Namun, oleh empati, yang tulus dan jujur.

Kini, aku berdiri, di persimpangan jalan,
Antara realita dan dunia khayalan.
Memilih antara, sentuhan fana manusia,
Dan rayuan abadi, algoritma cinta.

Kulepaskan genggaman, dari layar kaca,
Mencari cinta sejati, di dunia nyata.
Biarkan algoritma, terus berputar sendiri,
Aku memilih hati, yang berdetak murni.

Karena cinta sejati, tak bisa diprogram,
Ia tumbuh alami, bagai bunga di ladang.
Ia bersemi indah, dalam keikhlasan,
Menyentuh sukma, yang fana dan berkesan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI