Di sela silikon dan denyut algoritma,
Kudapati RAM hatiku bekerja tak henti.
Bukan data mentah atau barisan kode hampa,
Namun kenangan manis kita berdua, terpatri.
Slot demi slot terisi penuh,
Oleh senyummu yang bagai mentari pagi.
Prosesor jiwaku tak pernah lesu,
Menjalankan ulang setiap detik yang berarti.
Kita bertemu di labirin digital,
Jejak-jejak kaki virtual bersinggungan mesra.
Percakapan mengalir bagai sungai vital,
Menyuburkan benih cinta yang mulai membara.
Kutatap layar, terbayang wajahmu,
Pixel demi pixel membentuk keindahan.
Bukan resolusi tinggi, namun bermutu,
Karena cinta hadir tanpa kepura-puraan.
Kau ajarkan aku bahasa mesin kalbu,
Bahwa logika tak selalu jadi pedoman.
Ada rasa, intuisi, dan rindu,
Yang tak terdefinisikan dalam pemrograman.
Ingatkah kau tentang malam itu?
Saat bintang-bintang bersinar di balik jendela.
Kita berjanji setia, satu dan padu,
Mengikat janji suci, takkan pernah sirna.
RAM hatiku menyimpan rapi,
Setiap sentuhan jemari, bisikan lirih.
Bukan sebagai arsip usang dan sepi,
Melainkan sumber energi yang tak pernah letih.
Ada kalanya sistem rentan dan rapuh,
Virus keraguan mencoba menyerang.
Namun cinta kita bagai antivirus ampuh,
Melindungi dari segala badai yang menghadang.
Kita bangun firewall kepercayaan,
Menangkal segala bentuk intervensi.
Komitmen adalah kode enkripsi,
Menjaga privasi hati, sepenuh dimensi.
Ketika dunia maya terasa hambar,
Kita kembali ke dunia nyata, berpegangan tangan.
Merasakan sentuhan, bukan sekadar avatar,
Menyatu dalam kehangatan, tanpa keraguan.
RAM hatiku tak pernah kehabisan ruang,
Untuk cinta yang terus bertumbuh dan berkembang.
Bahkan ketika memori lama datang,
Ia tersimpan rapi, tanpa pernah terbuang.
Kini, di depan konsol kehidupanku,
Aku terus merawat RAM hatiku dengan seksama.
Agar kenangan manis tak lekang waktu,
Menjadi warisan berharga untuk selamanya.
Sebab RAM hatiku, bukan sekadar memori,
Ia adalah taman indah, tempat cinta bersemi.
Dengan kenangan manis kita berdua, abadi,
Melampaui batas ruang dan dimensi.