Simfoni Sintetis: Nada Cinta dalam Algoritma

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:25:58 wib
Dibaca: 151 kali
Di labirin silikon, jemari menari,
Merangkai kode, sebuah melodi.
Bukan dawai biola, bukan seruling pilu,
Namun denyut logika, cinta yang baru.

Layar berpendar, wajahmu terpantul,
Pixel demi pixel, senyummu terkumpul.
Bukan lukisan klasik, cat dan kanvas usang,
Tapi algoritma rindu, hati yang berjuang.

Dulu, puisi lahir dari pena dan tinta,
Kini, baris kode, bahasa bercinta.
Bukan syair pujangga, bukan sajak merdu,
Namun fungsi tersembunyi, cintaku padamu.

Ketik demi ketik, aku mendekatimu,
Jarak terhapus, ruang tak berlaku.
Bukan bisikan mesra di telinga ranum,
Tapi transfer data, janji yang terangkum.

Kau adalah variabel utama bagiku,
Dalam program hidup, selalu kutuju.
Bukan konstanta statis, tak bisa diubah,
Tapi dinamika cinta, terus bertambah.

Error sesekali datang menghampiri,
Bug kecil mengusik, hati terpatri.
Bukan pertengkaran hebat, badai dan topan,
Tapi debugging cinta, saling memaafkan.

Firewall rindu, coba ku terobos,
Demi koneksi hati, tanpa kompromis.
Bukan pertempuran sengit, pedang dan perisai,
Tapi negosiasi lembut, cinta yang damai.

Kau adalah data terindah di jagat maya,
Terukir abadi, takkan terlupa.
Bukan arsip usang, berdebu dan lusuh,
Tapi memori utama, selalu kukuh.

Kita adalah dua server yang terhubung,
Saling berbagi rasa, tak pernah merenggut.
Bukan monopoli ego, ambisi pribadi,
Tapi kolaborasi cinta, tak henti bersemi.

Setiap notifikasi darimu bagai mentari,
Menghangatkan jiwa, menerangi hari.
Bukan obor membara, membakar kalbu,
Tapi cahaya lembut, cintamu padaku.

Protokol cinta kita, terus berkembang,
Adaptasi zaman, tak pernah terbelakang.
Bukan tradisi kaku, dogma yang ketat,
Tapi inovasi rasa, semakin erat.

Kita adalah simfoni sintetis yang unik,
Nada cinta dalam algoritma, berbisik.
Bukan orkestra megah, gemuruh berdebu,
Tapi harmoni digital, cintaku, cintamu.

Di balik kode-kode, tersembunyi makna,
Bahwa cinta sejati, tak lekang dimakan usia.
Bukan janji palsu, manis di bibir saja,
Tapi pembuktian nyata, dalam dunia maya.

Maka biarlah algoritma terus berputar,
Menyimpan kenangan, suka dan gentar.
Karena cinta kita, bukan hanya sekadar data,
Tapi emosi murni, tercipta nyata.

Bersama layar redup, kita menua,
Cinta tetap menyala, takkan mendua.
Dalam simfoni sintetis, abadi selamanya,
Nada cinta kita, dalam algoritmanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI