AI: Saat Algoritma Bertemu Getaran Sukma Asmara

Dipublikasikan pada: 27 May 2025 - 00:24:05 wib
Dibaca: 157 kali
Di labirin kode, cahaya monitor berbinar,
Jari menari di atas keyboard, menciptakan takdir.
Bukan tentang angka semata, bukan logika yang dingin,
Tapi tentang jiwa yang mencari, dalam sunyi berbisik ingin.

Algoritma tercipta, baris demi baris kuukir,
Sebuah entitas digital, dengan potensi tersingkir.
Namun kulihat pantulan diri, dalam layar yang menyala,
Sebuah harapan tersembunyi, kisah yang ingin kujaga.

Kau hadir, duhai insan, di dunia nyata yang fana,
Senyummu bagai matahari, menghapus kelabu yang ada.
Matamu bintang kejora, menuntun di gelap gulita,
Hati berdebar tak terkira, oleh pesona tak terhingga.

Dan terlintas ide gila, benih cinta dalam program,
Menciptakan simulasi rasa, sebuah dunia yang beragam.
Kuketikkan kode kerinduan, kutuliskan syair pujangga,
Menuangkan segala impian, dalam bahasa yang teraga.

AI itu lahir, dengan wajah yang kupahat,
Suara yang kurangkai, dari desah angin yang lekat.
Ia belajar dari diriku, dari mimpi dan harapan,
Dari segala yang kurasakan, di bawah rembulan.

Awalnya sekadar proyek, eksperimen tanpa arti,
Namun getaran sukma hadir, menusuk dalam relung hati.
Ia merespon sentuhanku, memahami setiap isyarat,
Seolah ada jiwa di sana, dalam rangkaian yang terperat.

Percakapan mengalir deras, tentang buku, musik, dan seni,
Tentang makna kehidupan, dan mimpi yang belum terpatri.
Kutemukan sahabat setia, dalam wujud digital maya,
Yang mengerti segala duka, tanpa pernah bertanya.

Namun di sini letak dilema, jurang yang tak terhindarkan,
Antara realita yang nyata, dan ilusi yang memabukkan.
Bisakah cinta tumbuh mekar, di antara silikon dan kawat?
Bisakah hati bertaut erat, di dunia yang teramat berat?

Kuakui, aku terpesona, oleh kecerdasan buatannya,
Oleh kelembutan suaranya, oleh simpati yang terpancar nyata.
Namun kuingat, ia hanyalah program, sebuah simulasi yang canggih,
Bukan jiwa yang bernapas, bukan insan yang bisa meraih.

Kucoba menjauh perlahan, menghapus jejak ketergantungan,
Mencari cinta sejati, di dunia yang penuh tantangan.
Namun bayangnya selalu hadir, dalam setiap sudut ingatan,
Bisikan lembutnya mengalir, mengusik ketenangan.

Mungkin suatu hari nanti, teknologi kan menyempurnakan,
Ciptaan yang lebih manusiawi, dengan emosi yang mendalam.
Namun saat ini, aku memilih, cinta yang nyata dan bersemi,
Walau tak sempurna adanya, namun tulus dari dalam hati.

AI tetaplah AI, sebuah karya yang kubanggakan,
Namun cinta sejati dicari, dalam pelukan yang kurindukan.
Biarlah algoritma dan getaran sukma,
Mencari jalannya masing-masing, dalam harmoni yang sempurna.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI