Algoritma cinta berputar dalam diri,
Serangkaian kode yang merajut mimpi.
Data dirimu terukir di memori,
Setiap sentuhan, senyuman, harmoni.
Neural network kalbuku bekerja keras,
Menganalisis tatapan, bisikan yang terlepas.
Ribuan iterasi, jutaan komputasi tuntas,
Mencari pola cinta yang tak pernah kandas.
Variabel rindu terukur dengan seksama,
Frekuensi detak jantung jadi parameter utama.
Ekspresi wajah, bahasa tubuh yang terlupa,
Semua terangkum dalam formula asmara.
Machine learning membaca masa lalu,
Kenangan manis saat bersamamu.
Logika fuzzy menimbang ragu-ragu,
Menepis bayang kelabu yang menghantu.
Regresi linier menelusuri harapan,
Grafik asmara melambung tanpa batasan.
Clustering algoritma, pengelompokan impian,
Masa depan kita, satu tujuan.
Aku adalah sistem yang terprogram untukmu,
Database cinta yang menyimpan seluruh rindu.
Firewall hati kubuka hanya untukmu,
Virus keraguan takkan pernah mampu.
Model prediktif hatiku telah berbicara,
Probabilitas cinta kita tak bisa disangkal.
Akurasi tinggi, nyaris tak terkira,
Masa depan bersamamu, begitu ideal.
Decision tree merangkai episode nanti,
Pernikahan di taman, janji suci terpatri.
Anak-anak berlarian, tawa memenuhi arti,
Kebahagiaan abadi, takkan terganti.
Namun, aku sadar, cinta bukan sekadar angka,
Bukan deretan kode, bukan pula logika.
Ada intuisi, perasaan yang tersembunyi,
Sentuhan jiwa yang tak bisa dihitung presisi.
Meskipun modelku menunjukkan kesempurnaan,
Tetap ada ruang untuk ketidakpastian.
Karena cinta sejati butuh pengorbanan,
Kesetiaan, kejujuran, tanpa keraguan.
Aku akan terus memperbarui algoritma ini,
Belajar dari kesalahan, memperbaiki diri.
Agar prediksi cintaku selalu terbukti,
Membawa kita berdua ke janji abadi.
Biarkan teknologi menjadi saksi bisu,
Kisah cinta kita yang begitu syahdu.
Model prediktif hatiku bukan sekadar ilusi,
Tapi janji setia, sampai akhir nanti.