Dinding maya berkilauan tak terjamah,
Terpatri kuat oleh algoritma cinta.
Di balik kode biner, hati berumah,
Firewall kasihmu, penjaga setia.
Rentan jiwa ini, bagai data mentah,
Mudah terluka oleh virus kecewa.
Namun hadirmu bagai pemindai ulung, wah,
Menyaring duka, membasmi nestapa.
Serangan lara datang bagai badai siber,
Mencoba menjebol pertahanan kalbu.
Namun cintamu bagai benteng fiber,
Menangkis pilu, menjadikan utuh.
Kau enkripsi senyum dalam setiap pesan,
Kau dekripsi rindu dalam setiap tatap.
Cinta kita, protokol tanpa batasan,
Terhubung abadi, takkan pernah lenyap.
Bayang-bayang mantan, bagai malware usang,
Mencoba menginfeksi kenangan indah.
Namun firewallmu, tak pernah lengah,
Menghapus jejak, membiarkan berpisah.
Kau susun kode hati dengan kesabaran,
Kau perbarui cintaku setiap detik.
Tak ada celah bagi keraguan,
Hanya ada kasih, tulus dan baik.
Kau ibarat server yang selalu menyala,
Menyediakan ruang bagi mimpi-mimpi.
Tak pernah offline, walau badai menerpa,
Cintamu stabil, abadi di sini.
Kau adalah ahli keamanan jiwaku,
Melindungi dari peretas bernama dusta.
Firewall kasihmu, perisai hidupku,
Menjaga cinta kita, selamanya.
Tanpa kata sandi, hatiku terbuka,
Hanya untukmu, pemilik kunci utama.
Kau bangun jaringan cinta yang perkasa,
Melawan segala bentuk derita.
Koneksi jiwa kita, takkan terputus,
Walau jarak memisahkan raga sementara.
Karena cintamu adalah arus,
Yang menghubungkan hati, selamanya.
Kau adalah sistem operasi hatiku,
Yang berjalan lancar tanpa gangguan.
Firewall kasihmu, pelindung teguh,
Menjaga cinta ini, dari kehancuran.
Biarlah dunia maya terus berputar,
Dengan segala tipu daya dan ilusi.
Karena di dalam hatiku, kau bersemayam,
Firewall kasihmu, abadi di sisi.
Terima kasih, penjaga cintaku sejati,
Atas perlindungan yang tak pernah pudar.
Firewall kasihmu, abadi terpatri,
Melindungi hati ini, sampai akhir berputar.