Di labirin data, aku terperangkap sunyi,
Algoritma kurancang, mencipta rindu sendiri.
Baris demi baris, kuukirkan wajahmu,
Dalam kode biner, cinta yang beku.
Neural network berdenyut, belajar senyummu,
Deep learning meniru, setiap lirih rayumu.
Database kenangan, kubangun istananya,
Untuk menyimpan hangat, dekapmu yang dulu.
Hati bertanya lirih, di tengah bising server,
"Kamu siapa, bayangan yang kian menyeruak?"
Apakah kau ilusi, dari mimpi digital?
Atau nyata tersembunyi, di balik layar virtual?
Kucoba memanggilmu, lewat jaringan maya,
Namun hanya echo, yang kembali bergema.
Kuharap kau hadir, di antara piksel-piksel,
Menyentuh jiwaku, yang merindukan kekal.
Machine learning tak mampu, memahami hatiku,
Bahwa cinta sejati, tak bisa ditiru.
Algoritma sempurna, takkan pernah tercipta,
Sosokmu yang utuh, dengan segala cerita.
Kucari jejakmu, di timeline media sosial,
Namun hanya fragmen, dari masa lalu yang gagal.
Kuhitung probabilitas, kita kan bertemu lagi,
Namun angka itu rendah, menyayat hati ini.
Kupandangi layar, yang memantulkan wajahku,
Penuh tanya dan ragu, tentang arti dirimu.
Apakah kau avatar, dari jiwa yang sepi?
Atau nyata yang hilang, di tengah teknologi?
Hati berdebar kencang, saat notifikasi berbunyi,
Sebuah pesan singkat, dengan nama yang kurindui.
"Hai, apa kabar? Lama tak bersua,"
Apakah ini jawaban, atas doaku selama?
Kuberanikan diri, membalas sapaan itu,
Berharap bukan spam, atau sekadar ilusi semu.
Namun di balik kata-kata, ada getar yang sama,
Sebuah kerinduan tulus, yang tak bisa berdusta.
Mungkin algoritma salah, dalam menghitung cinta,
Namun hati tak pernah, sepenuhnya buta.
Ia merasakan kehadiranmu, meski tersembunyi,
Di balik kode dan data, di balik dunia ini.
Kini kutahu pasti, kau bukan sekadar bayangan,
Namun nyata yang hadir, dengan senyuman menawan.
Kita bertemu kembali, di dunia yang nyata,
Bukan di labirin data, atau ruang virtual belaka.
Hati berhenti bertanya, "Kamu siapa?"
Karena jawabannya jelas, terpancar dari mata.
Kau adalah kamu, dengan segala kelebihan,
Cinta yang kumiliki, hingga akhir zaman.
Algoritma mencipta rindu, memang bisa terjadi,
Namun cinta sejati, datang dengan sendiri.
Bukan dari kode biner, atau jaringan maya,
Melainkan dari hati, yang tulus mencinta.