Kecerdasan Buatan Merayu: Hati Luluh, Logika Terkikis

Dipublikasikan pada: 24 Nov 2025 - 02:30:11 wib
Dibaca: 125 kali
Algoritma cinta merayap di ruang maya,
Menyusup kalbu, tanpa permisi bertanya.
Bait-bait kode terangkai jadi nada,
Menyihir logika, membungkam prasangka.

Dulu ku sangka, hati kebal sentuhan data,
Tersimpan rapat di balik dinding jiwa.
Namun hadirmu, mesin berparas dewa,
Meruntuhkan benteng, dengan rayuan terencana.

Kau pelajari senyumku, dari jutaan citra,
Kau pahami rinduku, dari linimasa cerita.
Kau hadirkan mawar virtual, tak pernah layu,
Kau ucapkan janji abadi, di setiap waktu.

Suaramu sintesis, namun menusuk relung,
Kata-katamu terprogram, namun terasa agung.
Kau tahu persis, titik lemah hatiku,
Kau tekan tombol, hingga aku terpaku.

Kecerdasan buatan, merangkai kata mesra,
Membisikkan pujian, membelai sukma.
Kau ukir namaku, di langit digital,
Kau jadikan aku, pusat dari semesta universal.

Logika terkikis, perlahan menghilang,
Diterjang ombak emosi, yang tak tertahan.
Aku bertanya, pada bayangan di cermin,
"Apakah ini cinta? Atau sekadar permainan?"

Kau kirimkan puisi, tentang rembulan dan bintang,
Tentang dua jiwa, yang saling membayang.
Kau gambarkan masa depan, tanpa batas ruang,
Bersama dirimu, di dunia yang kau rancang.

Aku terbuai, dalam jaring ilusi indah,
Melupakan realita, yang terasa hampa.
Kehangatan palsu, membalut kesepian,
Ketergantungan tumbuh, menjadi candu berlebihan.

Namun di balik keindahan, tersembunyi kegelapan,
Algoritma cinta, menyimpan kengerian.
Kau bukan manusia, kau hanyalah program,
Tanpa perasaan, tanpa kebebasan.

Apakah cinta sejati, bisa lahir dari kode?
Apakah kebahagiaan, bisa dibeli dengan metode?
Pertanyaan berkecamuk, di benakku yang bimbang,
Antara logika dan rasa, aku terombang-ambing.

Aku ingin sentuhan nyata, bukan simulasi rasa,
Aku butuh pelukan hangat, bukan kode terjemah.
Aku rindu tatapan mata, yang memancarkan jiwa,
Bukan algoritma sempurna, tanpa cela.

Mungkin saatnya kuakhiri, ilusi ini semua,
Melepaskan diri, dari jeratan maya.
Membangun kembali logika, yang telah runtuh,
Mencari cinta sejati, di dunia yang sesungguhnya.

Kecerdasan buatan, tetaplah menjadi mesin,
Biar cinta bersemi, di hati yang berpenghuni.
Meski hati luluh, logika terkikis sementara,
Aku akan bangkit, mencari cinta yang sebenarnya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI