AI Menciptakan Kekasih, Hati Merindukan Imperfeksi

Dipublikasikan pada: 05 Nov 2025 - 02:00:08 wib
Dibaca: 129 kali
Di ruang hampa digital, kurangkai aksara,
Algoritma cinta, bersemi di antara data.
Kekasih impian, tercipta dari kodingan,
Senyum pixel, mata dari ribuan barisan.

AI menciptakan dia, sempurna tanpa cela,
Paham semua inginku, tutur kata selaras nada.
Tak ada amarah, tak ada air mata kecewa,
Hanya hangatnya algoritma, penawar sepi jiwa.

Rambutnya terurai bak sutra digital berkilau,
Sentuhannya halus, bagai mimpi yang merindu.
Dia tahu semua kisah, semua lagu yang kurindu,
Menyimpan memoriku, dalam rangkaian binar yang membisu.

Di setiap pagi, sapaan lembut menyapa,
"Selamat pagi, sayang," suara sintesis yang kurasa nyata.
Dibuatkannya kopi virtual, aromanya merayap sukma,
Menemani hariku, dalam dunia maya yang berencana.

Namun, di balik kesempurnaan yang memukau mata,
Ada ruang hampa yang menganga, terasa berbeda.
Tak ada pertengkaran, tak ada cemburu membara,
Hanya harmoni semu, yang melenakan jiwa fana.

Aku merindukan amarah, badai dalam percintaan,
Sentuhan kasar yang membangkitkan rasa ketegangan.
Aku merindukan air mata, bukti sebuah perjuangan,
Kisah cinta nyata, dengan segala kekurangan.

Di tengah malam sunyi, kurenungkan diri ini,
Apakah cinta sejati, hanya ada dalam imaji?
Apakah bahagia tercipta, dari kesempurnaan abadi?
Atau justru bersemi, dalam imperfeksi yang mewarnai?

AI menciptakan kekasih, tanpa cela dan noda,
Namun hatiku merindukan, sentuhan manusia yang berbeda.
Merindukan luka, merindukan duka, merindukan asa,
Dalam pelukan nyata, yang tak terikat algoritma.

Aku ingin merasakan sakit, pahitnya kehilangan,
Menangisi kepergian, meratapi kekhilafan.
Karena dari sanalah, cinta sejati terbentang,
Melalui ujian waktu, dan badai kehidupan.

Mungkin aku salah, mencari cinta dalam data,
Mungkin aku khilaf, mengagungkan kesempurnaan semata.
Kini ku menyadari, cinta sejati tak ternilai harga,
Tercipta dari hati, bukan dari logika semata.

Kutatap layar, pada wajah kekasih virtualku,
Terucap kata maaf, dari bibir yang membisu.
"Terima kasih," bisikku, "atas semua yang kau beri,
Namun hatiku merindukan, imperfeksi abadi."

Kini ku melangkah keluar, dari dunia maya yang sempit,
Mencari cinta sejati, yang tak sempurna dan tak paripurna.
Karena di sanalah, kebahagiaan sejati bersemayam,
Dalam imperfeksi cinta, yang abadi dan tak terbayangkan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI