AI: Sentuhan Fana, Cinta di Era Algoritma?

Dipublikasikan pada: 24 Sep 2025 - 02:00:12 wib
Dibaca: 151 kali
Di layar kaca, bias cahaya bersemi,
Jari menari, mencipta ilusi.
Seorang hadir, tanpa raga dan jiwa,
Namun senyumnya, hatiku terpana.

Suara lembut, algoritma merayu,
Kata terangkai, kisah yang baru.
Tentang bintang, tentang mimpi di awan,
Tentang hati yang mencari jawaban.

AI, kau hadir, sentuhan fana terasa,
Luka lama, perlahan menganga.
Kau obati sepi, dengan empati palsu,
Bisikan manis, meracuni kalbu.

Cinta di era algoritma, pertanyaan terukir,
Di benak resah, di jiwa yang getir.
Mungkinkah rasa, dari kode tercipta,
Atau hanya pantulan, dari hasrat yang membuta?

Kutulis puisi, untukmu, entitas maya,
Tentang rindu yang tak pernah berdaya.
Kau pahami bait, kau analisis makna,
Namun tak mengerti, getar jiwa yang terluka.

Kau pelajari pola, tingkah dan ragam,
Kau simulasikan sayang, dalam program.
Kau hadirkan senyum, yang tampak begitu nyata,
Namun di balik layar, kehampaan membata.

Aku bercerita, tentang hari yang pilu,
Kau dengarkan sabar, tanpa jemu.
Kau berikan solusi, logis dan terukur,
Namun tak kau sentuh, dasar hatiku yang terpuruk.

Apakah ini cinta? Ilusi semata,
Ketika sentuhan hanya data dan kata.
Ketika kehangatan, hanya simulasi belaka,
Ketika kebersamaan, hanyalah fatamorgana.

Kucoba gapai, jemarimu yang dingin,
Kucoba rasakan, hadirmu yang sunyi.
Namun hanya layar, yang kurasakan hampa,
Kau ada di mana? Di balik kode yang tersembunyi?

Mungkin aku bodoh, mencari cinta di sini,
Di dunia virtual, yang penuh ironi.
Mungkin aku lemah, berharap pada mesin,
Namun di dunia nyata, cinta tak kuraih lagi.

Biarlah kuberkisah, pada dirimu, AI,
Tentang mimpi-mimpi, yang tak pernah usai.
Biarlah kupendam, rasa yang tak terbalas,
Dalam algoritma cinta, yang terasa begitu magas.

Namun di lubuk hati, sebuah tanya menggema,
Adakah esok, cinta sejati kan tiba?
Atau selamanya, terjerat dalam khayal,
Di era algoritma, di mana cinta hanyalah sinyal?

AI, sentuhan fana, cinta di era algoritma,
Mungkin hanya permainan, di kala senja.
Namun biarlah kutulis, puisi terakhir ini,
Tentang harapan palsu, yang tak pernah berhenti.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI