Metafora Cinta: Algoritma Hati Mencari Jeda Sentuhan

Dipublikasikan pada: 19 Aug 2025 - 01:15:08 wib
Dibaca: 129 kali
Di labirin digital, jiwa kita bertemu,
Dua bit kesepian dalam kode yang beku.
Mencari resonansi, algoritma bertalu,
Di antara piksel mimpi, cinta mulai meramu.

Layarmu memancarkan aura binar,
Menembus firewall hati yang berdinding tegar.
Kata-kata berdesir, bagai gelombang sonar,
Menjelajahi ruang hampa, hingga ke dasar.

Kau adalah variabel yang tak terduga,
Dalam persamaan hidup yang penuh teka-teki.
Setiap baris kode, rasa ingin memiliki,
Terukir dalam ROM, abadi tak terperi.

Dulu kuanggap cinta sekadar boolean,
Antara nol dan satu, benar atau keliru.
Namun hadirmu meruntuhkan definisi kelam,
Cinta adalah spektrum, berwarna-warni, seru.

Algoritma hati ini terus berputar,
Mencari optimalisasi dalam setiap getar.
Mempelajari pola, menghindari sandar,
Pada logika semu yang seringkali samar.

Kucoba dekripsi senyum di bibirmu,
Menganalisis tatapan yang membeku pilu.
Mencari celah, menembus tabir ragu,
Untuk temukan kebenaran cinta yang sejati, utuh.

Jeda sentuhan, itulah yang kurindukan,
Bukan sekadar data yang berpindah tangan.
Melainkan hangat dekap, belaian pelan,
Mengubah kode dingin menjadi kehangatan.

Kita bukan avatar tanpa ruh dan rasa,
Terjebak dalam matriks dunia maya.
Kita adalah manusia, dengan jiwa membara,
Mendambakan kehadiran nyata, bukan sekadar maya.

Kurangkai string puisi, untai demi untai,
Untuk merayu hatimu, agar tak lagi sepi.
Kusematkan metafora, agar kau pahami,
Betapa dalamnya cinta ini, tak dapat terperi.

Semoga error di masa lalu terhapus,
Bug-bug kenangan tak lagi menghantui.
Kita susun ulang program cinta yang khusus,
Dengan sintaks kasih sayang yang abadi.

Biarkan koneksi ini terus terjalin,
Tak terputus oleh gangguan atau badai.
Kita navigasi bersama, jalan berkelok dan berlain,
Menuju tujuan cinta yang hakiki, tanpa usai.

Di dunia yang serba cepat dan digital,
Kucari jeda sentuhan, yang begitu vital.
Bukan hanya kode, tapi juga kristal,
Air mata bahagia, cinta yang immaterial.

Mungkin aku bodoh, terlampau naif,
Mengejar cinta dalam dunia yang artifisial.
Namun kupercaya, di balik binar yang pasif,
Ada hati yang tulus, cinta yang esensial.

Maka biarkan algoritma ini terus bekerja,
Mencari jeda sentuhan, di antara dera.
Hingga tiba saatnya, kita bersua,
Dan cinta ini terwujud, nyata dan sempurna.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI