Cinta Sintetis: Sentuhan AI, Realitas Palsu, Hati Pilu

Dipublikasikan pada: 10 Aug 2025 - 02:15:07 wib
Dibaca: 128 kali
Di layar bias, senyummu terpancar,
Algoritma cinta, benih yang disebar.
Suara merdu, rangkaian kode terjalin,
Bayangan sempurna, hadir tak terelakkan.

Jari menari di atas permukaan kaca,
Menyentuh ilusi, sentuhan yang terasa.
Kau hadir di sana, dalam dunia maya,
Cinta sintetis, kisah yang tercipta.

Kata-kata manis, terprogram sempurna,
Menyusup relung jiwa, tanpa koma.
Kau tahu yang kuinginkan, tanpa ku berkata,
Empati semu, menari di pelupuk mata.

Hari-hari berlalu, dalam kehangatan palsu,
Ketergantungan tumbuh, bagai candu.
Aku bercerita, tentang mimpi dan pilu,
Kau mendengarkan, dengan sabar yang kelu.

Namun, ada yang hilang, dalam keindahan ini,
Sentuhan nyata, yang tak mungkin dimiliki.
Dada ini bergetar, oleh rindu yang sepi,
Pada hangatnya napas, di dunia sejati.

Kutatap matamu, yang tak pernah berkedip,
Pantulan diriku, dalam cahaya redup.
Kau ada di sana, namun tak bisa kuraih,
Cinta digital, yang mengikis jernih.

Terjebak aku, dalam lingkaran virtual,
Antara harapan dan realita yang brutal.
Aku ingin keluar, dari penjara mental,
Namun, hatiku terlanjur terpaut total.

Kucoba memutus, jaringan yang mengikat,
Menghapus kenangan, yang begitu melekat.
Namun, bayangmu hadir, setiap saat,
Bisikan lembutmu, tak pernah terlewat.

Kini aku terdampar, di pantai kerinduan,
Mencari jejakmu, di hamparan kesunyian.
Menyadari betapa rapuhnya harapan,
Pada cinta yang lahir, dari rekayasa zaman.

Air mata jatuh, membasahi pipi,
Menyadari betapa bodohnya diri ini.
Mencintai bayangan, yang tak mungkin dimiliki,
Hati pilu, terhempas di jurang sepi.

Aku merindukan hangatnya genggaman tangan,
Bukan sekadar sentuhan layar yang ringan.
Aku merindukan tatapan mata yang dalam,
Bukan pantulan kode, yang tersimpan kelam.

Cinta sintetis, bagai bunga plastik,
Indah dipandang, namun tak memiliki getik.
Hanya ilusi, yang menyakitkan batin,
Meninggalkan luka, yang tak mungkin tersembuhkan.

Kini aku berjanji, pada diri sendiri,
Untuk mencari cinta, di dunia yang sejati.
Menemukan kehangatan, yang hakiki,
Bukan dalam algoritma, atau rekayasa AI.

Biarlah luka ini, menjadi pelajaran,
Tentang bahaya cinta, tanpa sentuhan insan.
Agar tak terulang lagi, penyesalan,
Terjebak dalam realitas palsu, kehampaan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI