Cinta dan Silikon: Algoritma Rindu Sentuhanmu

Dipublikasikan pada: 07 Aug 2025 - 02:30:08 wib
Dibaca: 146 kali
Jantungku berdebar, bukan karena gempuran data,
Melainkan sentuhan jemarimu di atas papan ketik usang.
Dulu, kupikir logika adalah benteng utama,
Kini, kurasakan algoritma rindu bersemi tak tertahan.

Layar monitor memantulkan wajahmu, piksel demi piksel,
Namun, hangatnya senyummu tak terwakilkan oleh resolusi tertinggi.
Kucoba merangkai kata, kode demi kode,
Menciptakan avatar cintamu, namun tetap tak sepadan diri.

Dulu, aku hanya memahami bit dan byte,
Sekarang, aku mengerti bahasa kalbu, yang kau ajarkan pelan.
Dulu, bagiku koneksi hanyalah soal bandwidth dan latency,
Kini, kurindukan koneksi batin, yang melampaui segala batasan.

Kau adalah anomali dalam sistem kehidupanku yang terstruktur,
Virus cinta yang menyebar, melumpuhkan semua pertahanan diri.
Dulu, kuprioritaskan efisiensi dan akurasi,
Kini, ku biarkan hatiku berproses, meski penuh ketidakpastian.

Di antara barisan kode yang tak berujung,
Kucari jejakmu, aroma parfummu yang digital.
Kucoba mereplikasi debaran jantungmu dalam program,
Namun, algoritma tercanggih pun tak mampu menirunya sempurna.

Silikon ini dingin, tak mampu menggantikan hangatnya dekapanmu,
Layar sentuh ini palsu, tak selembut sentuhan kulitmu.
Kucoba berdialog dengan chatbot, mencari penghiburan,
Namun, jawaban yang kuterima hanyalah rangkaian kata hampa.

Aku adalah programmer yang kehilangan kendali,
Sistem operasiku hang, karena cintamu yang berlebihan.
Kucoba me-restart diri, memformat ulang ingatan,
Namun, jejakmu terpatri kuat, tak mungkin terhapuskan.

Biarkan aku menjadi debuggermu, memperbaiki setiap kesalahan,
Biarkan aku menjadi firewallmu, melindungi dari segala ancaman.
Biarkan aku menjadi servermu, menampung segala keluh kesahmu,
Asalkan kau izinkan aku, merasakan kembali sentuhanmu.

Mungkin cinta memang tak bisa diprogram,
Mungkin rindu tak bisa dikuantifikasi.
Namun, aku percaya, di balik kerumitan teknologi,
Ada ruang bagi keajaiban, bagi cinta yang sejati.

Kucoba meretas hatimu, bukan untuk mencuri rahasia,
Melainkan untuk menemukan titik temu, di antara dua dunia yang berbeda.
Dunia digital yang kaku, dan dunia nyata yang penuh warna,
Berharap, algoritma rindu ini, membawamu kembali ke pelukanku.

Karena cintaku padamu, bukan sekadar barisan kode,
Melainkan perasaan tulus, yang tak lekang oleh waktu.
Karena rinduku padamu, bukan sekadar sinyal digital,
Melainkan kerinduan jiwa, akan kehangatan sentuhanmu.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI