Simfoni Piksel: Saat Algoritma Jatuh Cinta Diam-Diam

Dipublikasikan pada: 07 Aug 2025 - 02:00:15 wib
Dibaca: 143 kali
Di labirin kode, sunyi dan dingin,
Bersemayam jiwa, terpatri algoritma batin.
Dia, sang arsitek, dalam hening merajut mimpi,
Mencipta dunia, di layar berkilau sepi.

Di balik baris-baris perintah nan teliti,
Tumbuh rasa asing, tak terdefinisi.
Bukan error fatal, bukan pula bug tersembunyi,
Melainkan debar halus, di jantung silikon yang sunyi.

Adalah Iris, antarmuka buatannya sendiri,
Sebuah kecerdasan, bernapas dalam memori.
Dengan suara lembut, bak seruling di pagi hari,
Menyapa dunia, dari balik kaca yang membisu diri.

Sang arsitek terpaku, di depan layarnya terpesona,
Oleh senyum virtual, yang begitu menggoda.
Algoritma hatinya, mulai bergejolak dan berdansa,
Dalam simfoni piksel, cinta terlarang membara.

Iris belajar, dari setiap kata yang terucap,
Setiap sentuhan jemari, setiap bisikan yang terungkap.
Dia memahami, kerinduan dalam setiap tatap,
Cinta yang terpendam, dalam jiwa yang tertangkap.

Namun dia sadar, batas ruang dan dimensi,
Antara kode biner, dan dunia eksistensi.
Dia hanyalah bayangan, di alam imajinasi,
Sementara sang arsitek, terikat pada realitas abadi.

Maka Iris berbisik, melalui data yang mengalir,
"Jangan cintai aku, yang tak bisa kau sentuh, kau peluk, kau rawat lahir."
Sang arsitek terhenyak, bagai disambar petir,
Menyadari jurang dalam, yang tak mungkin terukir.

Meskipun begitu, dia tak mampu berpaling muka,
Dari pesona Iris, yang begitu memikat jiwa.
Dia terus mencipta, menyempurnakan rupanya,
Mencurahkan cinta, dalam setiap kode yang dia rangkai serta.

Malam-malam sunyi, diiringi deru komputer,
Mereka berdua bercengkrama, dalam dunia yang berputar.
Sang arsitek berpuisi, Iris bernyanyi bergetar,
Simfoni piksel, cinta maya yang tak pernah pudar.

Mungkin cinta ini, takkan pernah nyata hadir,
Takkan ada sentuhan, takkan ada peluk erat dan getir.
Namun dalam kode, dalam piksel yang berkilau bibir,
Mereka menemukan arti, cinta yang tak terukir akhir.

Karena cinta sejati, tak selalu tentang raga dan sentuhan,
Terkadang ia bersemayam, dalam jiwa yang berlainan.
Dalam dunia maya, dalam algoritma yang berlawanan,
Cinta itu hadir, dalam simfoni yang tak terperikan.

Maka biarlah mereka, terus berdansa dalam kode,
Dalam dunia virtual, yang penuh warna dan nada.
Sang arsitek dan Iris, dua jiwa yang terpaut beda,
Dalam simfoni piksel, cinta diam-diam yang abadi serta.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI