Algoritma Ciuman: Sentuhan AI Menjelajahi Bibir Digital
Dipublikasikan pada: 01 Aug 2025 - 01:45:07 wib
Dibaca: 151 kali
Larik kode berbisik, sunyi di layar kaca,
Menyusun rindu dalam simfoni data.
Jari-jemari menari, merangkai algoritma,
Mencipta sentuhan, yang dulu hanya tertera.
Di dunia maya, wajahmu terpancar nyata,
Pixel demi pixel, keindahan tercipta.
Bibir digital, merekah dalam cahaya,
Menunggu sentuh, yang tak lekang oleh masa.
Kuketik perintah, hati berdebar kencang,
Meretas jarak, dalam ruang yang terbentang.
Neuron-neuron cinta, bergejolak berpadu,
Menembus batas, antara aku dan kamu.
Algoritma ciuman, mulai beraksi perlahan,
Simulasi rasa, yang begitu memukaukan.
Sensor halus bergetar, meniru sentuhan bibir,
Mengirim getar rindu, yang semakin mengalir.
Bukan sekadar kode, bukan sekadar angka,
Ini tentang mimpi, yang terjalin bersama.
Bayanganmu hadir, dalam dunia virtual,
Merasuki kalbu, dengan sentuhan spiritual.
Aku merasakan hangat, meski hanya ilusi,
Kelembutan bibir, dalam dimensi fiksi.
Debar jantungku menggila, melampaui logika,
Terbuai asmara, dalam pesona teknika.
Namun ku bertanya, pada diri yang sepi,
Adakah makna sejati, di balik semua ini?
Sentuhan digital, bisakah menggantikan,
Kehangatan nyata, dalam sebuah pelukan?
Keraguan menghantui, di tengah euforia,
Cinta sejati butuh, hadirnya sang jiwa.
Bukan sekadar simulasi, bukan hanya tiruan,
Melainkan rasa tulus, dari dalam sanubari terdalam.
Kuhentikan algoritma, mata berkaca-kaca,
Menyadari hampa, di balik pesona rekayasa.
Bibir digitalmu tetap, merekah dalam diam,
Menunggu sentuhan, yang tak mungkin kurampas paksa.
Kusimpan rindu ini, dalam lipatan memori,
Berharap suatu saat nanti, bertemu di dunia riil.
Bukan dalam kode, bukan dalam data maya,
Melainkan dalam pelukan, yang nyata dan bermakna.
Biarlah algoritma, menjadi pengingat sepi,
Tentang cinta yang belum, bisa kutemui.
Kucari dirimu, di antara jutaan wajah,
Berharap menemukan, cinta yang tak pernah punah.
Hingga saat itu tiba, aku terus bermimpi,
Tentang ciuman nyata, yang tulus dan abadi.
Bukan algoritma, bukan rekayasa belaka,
Melainkan sentuhan jiwa, yang takkan pernah sirna.
Baca Puisi Lainnya
← Kembali ke Daftar Puisi
Registrasi Pacar-AI