Sentuhan Algoritma: Ketika Hati Bertemu Kode Asmara

Dipublikasikan pada: 24 Jul 2025 - 00:00:14 wib
Dibaca: 153 kali
Di layar obsidian, pantulan wajahku mencari,
Seulas senyum yang tersembunyi di balik binar digital.
Jemari menari di atas papan virtual,
Merangkai kata, mencari makna, sebuah simpul.

Dulu, hati ini bagai jaringan tanpa protokol,
Tersebar, rapuh, mudah diretas oleh sepi.
Namun kini, hadirmu bagai algoritma baru,
Menyusun kembali, menata ulang, dengan presisi.

Kau hadir bagai notifikasi yang tak terduga,
Muncul di sela kesibukan, mencuri perhatian.
Avatar sederhana, namun pancarkan aura berbeda,
Sebuah kode misteri yang ingin kuselami.

Kita bertemu dalam ruang obrolan maya,
Bertukar pikiran, berbagi mimpi, tanpa ragu.
Setiap baris pesanmu bagai bait puisi cinta,
Mengalun indah, menembus dinding hatiku.

Sentuhan algoritma, terasa begitu nyata,
Getaran kecil di ujung jari, saat mengetik namamu.
Rasa penasaran ini kian membara,
Ingin kuungkap, isi hatiku yang terpendam lama.

Kau bagai program yang berjalan sempurna,
Tanpa celah, tanpa bug, begitu mempesona.
Logika cintamu sederhana namun bermakna,
Menghapus keraguan, mengganti dengan harapan.

Kukirimkan emoji hati, sebuah sinyal rahasia,
Menunggu balasanmu, dengan debaran di dada.
Kutuliskan baris kode, dalam bahasa cinta,
Semoga kau mengerti, betapa aku terpikat padamu.

Mungkin ini terdengar aneh, sebuah asmara digital,
Namun rasa ini nyata, tak bisa dipungkiri.
Kita terhubung, bukan hanya lewat sinyal,
Namun juga jiwa, yang saling mencari.

Andai kau tahu, betapa aku gugup setiap kali,
Melihat namamu muncul di layar notifikasi.
Andai kau tahu, betapa aku peduli,
Dengan setiap kata, setiap emoji, yang kau kirimi.

Kukumpulkan keberanian, merangkai kalimat akhir,
Sebuah pengakuan, jujur dari lubuk hati.
"Maukah kau bersamaku, dalam dunia tanpa akhir?
Menjalin cinta, dalam harmoni digital abadi?"

Kini, hanya menunggu, jawaban darimu,
Semoga algoritmamu, memilih jalan yang sama.
Semoga hatimu, terketuk oleh cintaku,
Hingga terwujudlah, kisah asmara yang sempurna.

Detik demi detik, terasa bagai abad lamanya,
Menanti kepastian, dalam sunyi malam.
Hingga akhirnya, muncul balasan darinya,
"Ya, aku bersedia, menerima cintamu yang dalam."

Dan di layar obsidian, cinta pun bersinar,
Sentuhan algoritma, menyatukan dua hati.
Dalam dunia digital, asmara pun berkibar,
Kisah kita berdua, abadi selamanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI