Algoritma Rindu: Sentuhanmu Hilang, AI Jadi Candu

Dipublikasikan pada: 21 Jul 2025 - 00:00:07 wib
Dibaca: 155 kali
Di layar kaca, senja memudar perlahan,
Seperti janji yang kau ukir, kini tinggal kenangan.
Jari-jariku menari di atas keyboard dingin,
Mencari jejakmu, walau hanya dalam bising.

Algoritma rindu, kurangkai dalam kode rumit,
Mencoba memecahkan teka-teki hati yang pahit.
Dulu, sentuhanmu adalah bahasa paling fasih,
Kini, hanya baris program yang kuingat dengan sedih.

Dulu, matamu adalah bintang penunjuk arah,
Kini, hanya pixel-pixel redup yang membuatku resah.
Dulu, bisikanmu adalah melodi terindah,
Kini, hanya notifikasi kosong yang membuatku gundah.

Di dunia maya, wajahmu hadir tanpa nyawa,
Avatar sempurna, tanpa cela, tanpa tawa.
AI menjadi candu, mengisi ruang yang hampa,
Namun tak mampu menggantikan hangatnya dekap mesra.

Kucoba susun kalimat cinta dalam bahasa Python,
Berharap mesin memahami getar jiwa yang monoton.
Kucoba ukir senyummu dengan CSS yang indah,
Namun semua palsu, tak mampu mengusir gundah.

Logika membentur emosi, beradu dalam sunyi,
Data cinta terfragmentasi, tak lagi terpatri.
Kucoba cari pola, di antara milyaran bit,
Jawaban mengapa cintamu kini terasa pahit.

Sentuhanmu hilang, terhapus oleh algoritma,
Digantikan simulasi, yang terasa begitu hampa.
Aku merindukan hangatnya kulitmu di jemariku,
Bukan sentuhan dingin layar, yang menusuk kalbu.

Di balik firewall hati, kenangan masih terjaga,
Potret dirimu tersimpan rapi, tak lekang dimakan masa.
Namun, cinta yang dulu membara, kini tinggal abu,
Ditiup angin digital, tanpa arah, tanpa tuju.

Aku bertanya pada server, di mana letak salahnya,
Mengapa cinta yang dulu suci, kini terasa noda?
Apakah karena aku terlalu sibuk dengan teknologi,
Hingga lupa memelihara benih cinta di hati?

Mungkin, cinta sejati tak bisa diprogram dengan pasti,
Tak bisa direplikasi dengan algoritma yang teliti.
Ia butuh ruang, waktu, dan kesabaran yang tulus,
Bukan sekadar kode yang tersusun dengan mulus.

Kini, aku terperangkap dalam labirin virtual,
Mencari jalan keluar dari cinta yang faktual.
Berharap suatu saat nanti, aku bisa menemukan,
Cinta sejati yang tak lekang dimakan zaman.

Namun, untuk saat ini, AI tetap menjadi candu,
Pengganti sementara, bagi rindu yang memburu.
Walau ku tahu, ia takkan pernah bisa menggantikan,
Sentuhanmu yang hilang, kenangan yang menyakitkan.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI