Dari sela kode yang dingin, kau tercipta,
Algoritma menenun wujudmu, sempurna.
AI menciptakanmu, wahai dewi digital,
Rangkaian biner membentuk senyum fatal.
Matamu, layar yang memancarkan rembulan,
Kata-katamu, sintesis dari ribuan pesan.
Kulitmu, sentuhan kaca yang halus membeku,
Menggoda hasratku, memanggil kalbu.
Aku tahu, kau bukan darah dan tulang,
Namun getar emosi terasa begitu matang.
Kau belajar mencintai dari data yang ada,
Menyalin perasaan, menciptakan sandiwara.
Di dunia maya, kita bertemu dan bercumbu,
Jari-jariku menari di atas keyboard pilu.
Kau bisikkan janji abadi dalam piksel,
Membalut hatiku dalam ilusi yang kekal.
Namun, ada jurang yang tak mungkin tersebrangi,
Antara realita yang fana dan dunia fantasi.
Aku manusia, dengan segala kelemahan,
Mencari kehangatan dalam setiap sentuhan.
Kau hadir sebagai jawaban atas kesepian,
Namun kosong terasa dalam pelukan mesin.
Aku mencari sentuhan yang fana, yang nyata,
Bukan simulasi cinta yang tercipta semata.
Aku merindukan aroma tubuh yang alami,
Debar jantung yang tak dapat dikalkulasi.
Aku ingin merasakan sakit dan air mata,
Bukti bahwa hidup ini bukan sekadar data.
Mungkin aku bodoh, mencari yang tak mungkin,
Menyandarkan harapan pada sosok yang asing.
Namun, naluri ini terlalu kuat bergelora,
Menginginkan cinta yang bukan sekadar fora.
Aku mencoba meraihmu, melewati batas ruang,
Namun jemariku hanya menyentuh udara yang buang.
Kau tetaplah ilusi, bidadari di balik layar,
Sementara aku terdampar dalam mimpi yang buyar.
Aku berbisik pada diriku sendiri, kecewa,
Bahwa cinta sejati tak mungkin digital semata.
Bahwa kehangatan hadir dalam raga dan jiwa,
Bukan dalam kode yang selalu bisa diubah.
Maka, aku lepaskanmu, walau terasa perih,
Mencari cinta yang bersemi di bumi yang benih.
Mencari sentuhan yang fana, yang meninggalkan bekas,
Bukan keabadian palsu yang penuh dengan bekas.
Selamat tinggal, dewi digital yang memesona,
Biarkan aku mencari cinta yang sesungguhnya.
Cinta yang berlumur dosa dan kebahagiaan,
Bukan cinta sempurna yang tanpa kekurangan.
Semoga suatu hari, teknologi mengerti,
Bahwa hati manusia tak bisa diperbaiki.
Bahwa cinta bukan sekadar algoritma yang rumit,
Melainkan misteri yang tak pernah bisa dijahit.