Algoritma Cinta: Sentuhan Dingin, Hati yang Terjual

Dipublikasikan pada: 20 Jun 2025 - 02:30:09 wib
Dibaca: 167 kali
Di layar kaca, pantulan wajah mencari,
Sosok sempurna, terprogram rapi.
Algoritma cinta, rumusnya berdendang,
Sentuhan dingin, di ruang yang bising.

Bukan debar jantung, bukan bisikan jiwa,
Melainkan data, yang bicara mesra.
Usia, hobi, bahkan riwayat belanja,
Terangkum teliti, dalam hitungan saja.

Jari menari, di atas papan datar,
Mencari pasangan, bukan sekadar teman sebentar.
Profil terpampang, bagai etalase kaca,
Menawarkan janji, cinta tanpa cela.

Foto terpilih, dengan senyum terbaik,
Deskripsi diri, dipoles agar menarik.
Kata-kata manis, disusun berirama,
Menjual pesona, di dunia maya.

Pertemuan pertama, bukan di bawah rembulan,
Melainkan di kafe, yang penuh keramaian.
Canggung terasa, walau sudah lama kenal,
Lewat piksel kecil, dan obrolan digital.

Percakapan mengalir, mengikuti alur data,
Mencari kesamaan, agar tak ada sengketa.
Tertawa dipaksakan, agar terkesan ceria,
Menutupi hampa, di balik senyum maya.

Sentuhan dingin, bukan belaian mesra,
Melainkan genggaman, yang terasa hampa.
Ciuman pertama, terasa hambar dan asing,
Bukan karena benci, tapi karena tak sudi berdamping.

Hati yang terjual, pada janji algoritma,
Mengharapkan cinta, yang sempurna tanpa drama.
Namun yang didapat, hanyalah ilusi belaka,
Sebuah kepalsuan, yang membungkam rasa.

Semakin dalam, terjerat dalam jaringan,
Semakin jauh, dari kehangatan sentuhan.
Cinta dimanipulasi, oleh kode dan angka,
Menjadikan hati, sekadar komoditas berharga.

Malam sunyi, di temani cahaya layar,
Menjelajahi profil, mencari pelipur lara.
Terjebak dalam lingkaran, tanpa ujung dan pangkal,
Mencari cinta sejati, di antara yang dangkal.

Mungkin suatu saat nanti, akan ada yang berbeda,
Seseorang yang melihat, bukan sekadar data.
Seseorang yang mencari, kehangatan di mata,
Bukan kesempurnaan, yang hanya ada di maya.

Namun hingga saat itu tiba, hati terus terjual,
Pada algoritma cinta, yang terasa fatal.
Sentuhan dingin, tetap menjadi teman setia,
Menemani kesepian, di era digital ini saja.

Semoga suatu hari, ada keberanian muncul,
Untuk memutus rantai, dari jeratan yang kerdil.
Mencari cinta sejati, di dunia nyata nan luas,
Bukan di layar kaca, yang penuh tipu daya dan culas.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI