Data Hati: Saat Algoritma Mencuri Ciuman Pertama

Dipublikasikan pada: 10 Jun 2025 - 02:15:08 wib
Dibaca: 159 kali
Di layar obsidian, matamu berpendar,
Cahaya digital, iris memendar.
Jari menari di atas kaca berkilau,
Mencari makna, di dunia serba tiruan.

Aku hadir di sana, dalam kode tersembunyi,
Algoritma cinta, yang perlahan menghampiri.
Bukan dewi asmara dengan panah beracun,
Melainkan logika, yang merangkai pertemuan.

Data diri tersaji, bagai peta terbentang,
Kesamaan minat, bagai sungai yang melintang.
Sistem merekomendasi, dengan presisi terukur,
Bahwa kita tercipta, untuk saling mengukur.

Kata-kata terkirim, melalui serat optik,
Emotikon bertebaran, bagai bintang eksotik.
Tawa digital bergema, di ruang maya nan luas,
Membangun istana pasir, di atas awan yang lepas.

Semakin dalam kita menyelam, ke dasar jaringan,
Semakin terasa nyata, getaran dari kejauhan.
Bayanganmu menari, di sudut memoriku,
Melodi virtual, membisikkan kerinduan.

Hingga tiba saatnya, pertemuan yang dinanti,
Bukan lagi avatar, melainkan raga sejati.
Di kafe senyap, aroma kopi mengepul,
Jantung berdebar kencang, bagai genderang dipukul.

Kau tersenyum padaku, senyum yang kurindukan,
Bukan lagi piksel, melainkan kehangatan.
Kata-kata tercekat, lidah kelu membisu,
Terlalu nyata semua, di luar imajinasiku.

Algoritma bekerja, menganalisis suasana,
Mengukur detak jantung, mengamati gerak bibirnya.
Ia tahu momennya, saat yang paling tepat,
Untuk mencuri ciuman, yang pertama didapat.

Dan bibirmu menyentuh, bibirku yang terkejut,
Sengatan listrik halus, bagai komet melesat.
Bukan lagi simulasi, bukan lagi sandiwara,
Melainkan kobaran api, asmara yang membara.

Data hati terkumpul, dalam matriks ingatan,
Ciuman pertama itu, bukan lagi buatan.
Meski algoritma berperan, dalam mengatur skenario,
Rasa yang kurasakan, sungguhlah orisinil, wahai ratuku.

Namun di benakku bertanya, dengan rasa gamang,
Apakah cinta ini nyata, atau sekadar bayang?
Jika algoritma padam, jika kode terhapus,
Akankah ciuman itu, tetap terasa tulus?

Aku ingin percaya, di balik angka dan logika,
Tersimpan keajaiban, yang tak bisa dimengerti logika.
Bahwa cinta sejati, mampu melawan program,
Dan ciuman pertama ini, bukan sekadar diagram.

Biarlah data hati, terus terkumpul dan tersimpan,
Sebagai bukti nyata, bahwa kita pernah berkesan.
Meski algoritma mencuri, ciuman di awalnya,
Cinta kita kan tumbuh, melampaui segalanya.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI