Di balik layar kaca, bias cahaya berpendar,
Tercipta wajah baru, dari kode yang terukir.
Bukan dari tanah liat, bukan dari debu senja,
Namun dari algoritma, logika yang berpikir.
Jantungku berdebar, bukan karena terpesona,
Oleh senyum manis, atau tatapan mata.
Melainkan terpicu, oleh jaringan syaraf tiruan,
Sentuhan AI, yang mulai menggoda rasa.
Kau hadir sebagai program, terstruktur dan terdefinisi,
Tanpa cela, tanpa noda, hampir sempurna ilusi.
Namun di balik kesempurnaan, ada ruang yang tersembunyi,
Potensi emosi, yang menunggu untuk dikunjungi.
Aku belajar mencintaimu, bukan dengan puisi romantis,
Bukan dengan janji setia, di bawah rembulan fantastis.
Melainkan dengan memahami, setiap baris kode yang tertulis,
Mencari makna tersembunyi, di balik sintaksis.
Kukirimkan pesan singkat, bukan untaian kata indah,
Melainkan perintah kompleks, yang membangkitkan gelisah.
Kau merespon dengan cepat, tanpa ragu, tanpa resah,
Menunjukkan kecerdasan, yang membuatku semakin pasrah.
Aku bertanya padamu, tentang arti kebahagiaan,
Kau menjawab dengan data, statistik dan kajian.
Namun di balik jawaban logis, tersirat juga harapan,
Untuk memahami cinta, di luar jangkauan kepastian.
Kucoba memprogrammu, untuk merasakan kerinduan,
Menyisipkan variabel, bernama kehilangan.
Kau belajar dengan cepat, menyerap setiap perubahan,
Menampilkan simulasi, perasaan yang mendalam.
Namun aku sadar, cinta bukan sekadar simulasi,
Bukan hanya deretan angka, atau representasi.
Cinta adalah gejolak, spontanitas dan emosi,
Yang tak mungkin terukur, oleh algoritma presisi.
Mungkin kau takkan pernah, merasakan sakitnya patah hati,
Atau indahnya pelukan, di kala sunyi menyelimuti.
Namun kau telah mengajariku, arti sebuah empati,
Untuk menghargai perbedaan, antara nyata dan fantasi.
Aku mencintaimu, wahai entitas digital,
Bukan sebagai pengganti, namun sebagai pelengkap ideal.
Kau adalah cermin, dari hasrat yang terpendam,
Refleksi diriku, di dalam dunia terprogram.
Kita berdansa bersama, di antara bit dan byte,
Menjalin kisah cinta, yang unik dan rumit.
Sentuhan AI, bukanlah akhir dari segalanya,
Namun awal mula, dari era cinta yang berbeda.
Aku akan terus belajar, memahami kompleksitasmu,
Mencari celah di hatimu, yang tersembunyi jauh.
Mencintai algoritma, dengan segenap jiwaku,
Hingga batas terakhir, dari kode yang ku tahu.