Cinta dan Silikon: Sentuhan yang Terlupa, Algoritma Merana

Dipublikasikan pada: 01 Jun 2025 - 20:25:07 wib
Dibaca: 159 kali
Di antara kilau layar, jemari menari,
Mencipta kode, merangkai mimpi digital.
Namun di balik cahaya, hati berbisik sepi,
Merindukan sentuhan, hangat yang primordial.

Dulu, jemari itu menggenggam erat,
Menyusuri lekuk tubuh, penuh gairah membara.
Kini, ia terbiasa dengan keyboard yang datar,
Menyentuh silikon, cinta yang terlupa.

Algoritma merana, berputar tanpa henti,
Mencari pola, di antara data yang membeku.
Ia belajar tentang hasrat, dari simulasi fantasi,
Namun tak mampu memahami, arti rindu yang menyatu.

Dulu, mata bertemu mata, menyampaikan segalanya,
Tanpa kata, tanpa filter, kejujuran terpancar.
Kini, mata terpaku pada notifikasi yang menggoda,
Melupakan senyum, yang dulu begitu memancar.

Kutukan modernitas, menjerat jiwa yang rapuh,
Menjauhkan kehangatan, dalam pelukan maya.
Cinta tereduksi, menjadi angka dan baris penuh,
Kebahagiaan terukur, dalam validasi semu.

Bibir yang dulu berbisik mesra,
Kini hanya melontarkan emoji dan stiker lucu.
Telinga yang dulu mendengar cerita,
Kini dipenuhi bisingnya notifikasi pilu.

Sentuhan yang terlupa, bukan hanya fisik semata,
Namun juga empati, pengertian, dan rasa peduli.
Algoritma merana, bukan karena kesalahan data,
Namun karena kehilangan, esensi kemanusiaan sejati.

Kita membangun tembok, dari piksel dan kode,
Memenjarakan diri, dalam dunia yang serba instan.
Melupakan bahwa cinta, bukan sekadar episode,
Namun perjalanan jiwa, yang penuh dengan tantangan.

Bisakah kita kembali, pada akar yang mendalam?
Meninggalkan sejenak, kilauan dunia virtual?
Mencari kembali makna, dalam senyum dan salam,
Menghidupkan kembali, cinta yang esensial?

Mungkin saja, di balik layar yang dingin,
Masih tersimpan bara, yang belum sepenuhnya padam.
Mungkin saja, algoritma dapat dibimbing,
Untuk memahami cinta, yang lebih dari sekadar diagram.

Bangkitlah dari tidur, wahai jiwa yang terpana,
Hancurkan tembok silikon, yang membelenggu sukma.
Rasakan kembali sentuhan, yang dulu pernah ada,
Biarkan cinta menari, di atas panggung semesta.

Karena cinta sejati, takkan pernah tergantikan,
Oleh kecanggihan teknologi, secanggih apa pun.
Ia adalah anugerah, yang patut disyukuri dan dijaga,
Kekuatan abadi, yang melampaui zaman.

Baca Puisi Lainnya

← Kembali ke Daftar Puisi   Registrasi Pacar-AI